Bireuen—Seorang aktivis HAM di Aceh, Asiah Uzia, menyatakan, kandidat Gubernur Aceh tak perlu disumpah dengan Alquran demi hindari kekerasan berbau politik, sebagaimana diserukan pihak terterntu belakangan ini.
“Quran tidak perlu dipolitisir untuk hal-hal yang demikian. Sebab posisi Quran itu suci dan derajatnya sangat tinggi sekali di mata umat Islam,” kata Asiah kepada wartawan di Bireuen, Rabu (4/4), melalui sambungan telepon selularnya.
Ia mengatakan, Alquran tak perlu dipolitisir sedemikian rupa. “Bila kitab suci tersebut dijadikan sebagai media untuk mengambil sumpah dan untuk berkomitmen menjunjung tinggi perdamaian, bila kelak itu dilanggar, apa yang harus dilakukan setelah itu?” ujar Asiah.
Berita Terkait: Pemkot Padang Gencarkan Wajib Baca Alquran
Aktivis HAM itu menyebutkan, selama ini kandidat Gubernur Aceh dan partai politik yang sedang bertarung tak menunjukkan komitmen untuk menjalankan pemilukada damai di Aceh.
Ditambahkannya, hampir disetiap ada kampanye, kekerasan verbal sangat kental dimunculkan. “Misalnya pengucapan kata-kata: ‘binatang’, ‘pengkhianat’, dan sebagainya. Tentu ini akan diikuti oleh simpatisan kandidatnya,” kata dia.
Secara tidak langsung, kata Asiah, kandidat telah mengajak simpatisan untuk melakukan kekerasan. Perlakuan seperti itulah yang kemudian diikuti pendukung dan kemudian menunjukkan tingkah laku anarkis bila bertemu dengan simpatisan kandidat lain.
Namun menurutnya, meningkatnya kekerasan juga tak terlepas dari kegagalan panwas dan penegak hukum lainnya dalam menjalankan fungsi sesuai aturan hukum yang berlaku.
Intinya, menurut aktivis yang telah membela Aceh sejak konflik dulu, mengharapkan agar masyarakat untuk berani melawan segala sesuatu yang dianggap merugikan serta akan melahirkan pembodohan yang terus menerus di Aceh.[jon]
Belum ada komentar