Boikot Luwak Mulai Menyebar

Boikot Luwak Mulai Menyebar
Boikot Luwak Mulai Menyebar

Wakil_Presiden_Operasi_Internasional_PETA_Asia_Jason_BarkerJakarta—Ada hal lain yang lebih dari sekedar fakta bahwa kopi luwak dibuat dari buah kopi yang telah dimakan dan dikeluarkan melalui kotoran luwak untuk mematikan minat para konsumen dan pedagang eceran dari Timur sampai ke Eropa Barat.

Hal tersebut disebabkan karena organisasi khusus yang mengutamakan perlakuan etis terhadap kesejahteraan binatang, People for The Ethical Treatments of Animals (PETA) Asia, telah mengedarkan video investigasi rahasia yang menampilkan satwa luwak yang di tangkap dan ditempatkan dalam kandang kecil dan kotor ini tidak henti-hentinya untuk mondar-mandir, berputar-putar, menggigit tiang-tiang kurungan, dan menggelengkan atau menganggukan kepala mereka—semua ini adalah indikasi bahwa satwa liar yang di tangkap inimenjadi gila secara psikis karena akibat dari kebosanan dan depresi.

Selain lebih dari 50,000 konsumen dari berbagai negara yang telah melakukan tanda perjanjian dengan PETA untuk tidak membeli produk keji ini, beberapa jaringan hotel besar dan para penjual terbesar pun juga telah berhenti menmperjualkan kopi luwak, termasuk Grand Hyatt di Singapura; InterContinental, Hotel Langham, dan Mandarin Oriental di Hong Kong; dan cabang department store ikonik Harrods di U.K.

“Meminum kopi yang terbuat dari biji kopi yang diambil dari kotoran satwa bukan merupakan aspek yang paling memuakkan dari kopi luwak,” kata Wakil Presiden Operasi Internasional Jason Baker, dalam rilisnya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, membeli produk dari hasil penyiksaan binatang menunjukkan bentuk dukungan terhadap penyiksaan. “Membeli suatu produk yang berasal dari hasil penyiksaan binatang justru menunjukkan bentuk dukungan terhadap penyiksaan tersebut, itulah sebabnya banyak konsumen dan perusahaan besar di seluruh dunia menolak segala hal yang berkaitan dengan kopi luwak,” jelas Baker.

Walaupun sebagian peternakan mengiklankan biji-bijiannya sebagai produk yang berasal dari “sumber liar”, banyak kontak yang memberitahukan pada investigator PETA bahwa dalam memproduksi kopi berjumlah banyak secara eksklusif dari sumber liar adalah bukan hal yang memungkinkan.

Di alam liar, luwak sering memanjat pohon untuk meraih dan memakan buah kopi matang, tetapi didalam kandang, mereka diberi makan buah kopi dalam jumlah lebih banyak dari yang biasanya mereka konsumsi secara alamiah. Seorang peternak menjelaskan bahwa luwak-luwak pada umumnya tetap dikurung selama maksimal tiga tahun sebelum dilepaskan kembali ke alam habitatnya dan stress yang berasal dari pengukungan, serta kurangnya nutrisi yang diperlukan satwa ini mengakibatkan timbulnya kerontokan bulu. Peternak lain pun memberitahukan pada investigator bahwa beberapa luwak bahkan ada yang tidak isa bertahan hidup setelah mereka dilepaskan kembali ke alam habitat.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait