“Sampai Kapan pun Saya Akan Terus Menjanda”

“Sampai Kapan pun Saya Akan Terus Menjanda”
Pasukan inong balee (Foto Jacqueline M. Koch/Corbis)
Pasukan inong balee (Foto Jacqueline M. Koch/Corbis)
Pasukan inong balee (Foto Jacqueline M. Koch/Corbis)

Rosanah (34) sibuk membenahi tumpukan kardus berisi dendeng sapi di tepi pintu lapak kecilnya, di Pasar Aceh Baru, Banda Aceh, Propinsi Aceh. Sementara Yudi (13) anak lelakinya membantu mendirikan tiang lapak dari kayu.

Tanah licin karena hujan lebat semalam membuat tiang tergelincir. Rosana membantu anaknya mengikat tali pada tiang agar lapak bisa bisa berdiri sempurna. Peluh dan kotoran sisa hujan tidak mampu menutupi kecantikan khas Aceh di wajahnya. Kulit putih, hidung mancung dan sorot mata tajam.

Setelah perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005 yang menjadi dasar perdamaian Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia, ribuan anggota GAM meletakkan senjata dan kembali ke masyarakat. Demikian juga Rosanah, yang waktu itu adalah salah satu komandan kompi militer wanita GAM, yang dikenal dengan sebutan Inong Bale. Bersama anaknya, Rosanah kini meneruskan usaha dagang yang dimiliki keluarga almarhum suaminya.

Inong Balee pernah menjadi kesatuan GAM yang menakutkan di masa konflik Aceh. Begitu banyak cerita yang mengesankan kemampuan mereka dalam pertempuran. Meski banyak diyakini aktivitas Inong Bale lebih pada pemberi dukungan, bukan pasukan tempur.

Secara harfiah dalam bahasa Aceh, Inong Bale berarti perempuan yang ditinggal mati suami atau janda. Inong Bale juga sudah dikenal sejak Aceh masih berbentuk kerajaan. Tiap kesultanan waktu itu memiliki satuan militer wanita yang juga disebut Inong Bale.

Pada masa konflik, karena banyak perempuan Aceh yang sakit hati karena perlakuan aparat atau ingin membalas dendam karena suaminya tewas dibunuh, akhirnya bergabung menjadi laskar wanita dalam struktur GAM.

“Tidak semua janda. Ada yang masih gadis tapi pernah dilecehkan aparat lalu bergabung, naik gunung, ikut pelatihan senjata, “kata Rosanah.

Rosanah mengaku bergabung dengan GAM karena suaminya tewas tepat dihadapannya, saat TNI melakukan operasi di desanya di Trumon, Aceh Selatan. Pelatihan menggunakan berbagai senjata tempur dilahapnya sampai habis. Dia mengaku beberapa kali memimpin unit kecil Inong Bale saat melakukan penyergapan.

“Suami saya bukan GAM, tapi dituduh GAM. Dia ditembak di muka rumah karena dianggap tidak mau mengaku oleh aparat. Saya pun hampir diperkosa. Setelah itu saya titipkan Yudi (anaknya) dan saya benar-benar bergabung menjadi laskar (Inong Bale), ”jelasnya.

Tetapi itu masa lalu. Sekarang, yang ingin dia lakukan hanya membesarkan anak semata wayangnya dengan baik. Rosanah mengaku memang tidak mudah memaafkan kematian suaminya. Butuh cukup waktu untuk menyadari dendam tidak akan bermanfaat apa-apa. Bahwa dendam hanya akan memunculkan dendam baru.

“Saya sudah kubur masa lalu. Insya Allah sudah ikhlas dengan kejadian yang menimpa keluarga saya. Tekad saya berusaha menjaga warisan suami, ya anak saya ini, “ungkapnya.

Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah Inong Bale saat masa konflik di Aceh. Tapi menurut Rosanah paling tidak di Banda Aceh saja, waktu itu ada lima ratusan wanita yang bergabung dengan GAM.

Bagaimana hidup mereka sekarang? Kata Rosanah, mantan anak buahnya kebanyakan membuka usaha apa saja. Sebagian besar menikah lagi dan memulai hidup baru. Tetapi banyak pula yang memilih terus menjanda, seperti dia.

“Banyaklah keluarga cakap (berbicara) agar saya menikah lagi, apalagi saya belum terlalu tua. Tapi tidak lah. Menikah bagi saya hanya sekali selama hidup. Insya Allah saya akan terus menjanda,“ pungkasnya.[suarasurabaya.net]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

WhatsApp Image 2024 12 02 at 14.29.10
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Aceh, Muhammad Diwarsyah, membuka acara Sosialisasi Implementasi dan Live Testing Pembayaran pada Katalog Elektronik Versi 6 di Gedung Serbaguna Setda Aceh, Senin (2/12/2024). Foto: Biro Adpim

Plt Sekda Buka Sosialisasi Implementasi dan Live Testing Pembayaran pada Katalog Elektronik Versi 6