ISTANBUL – Turki kembali pada pemerintahan satu partai setelah partai AKP menyapu bersih kemenangan pada pemilu pada Minggu (1/11) waktu setempat. Seperti diberitakan Reuters kemenangan ini akan menjadi dorongan besar untuk Presiden Tayyip Erdogan.
Perdana Menteri dan pimpinan AKP, Ahmed Davutoglu menuliskan dalam akun Twitternya pesan singkat, “Elhamdulillah.” Sementara itu Badan Penyelenggara Pemilu mengatakan, hasil resmi baru akan diumumkan setelah 11-12 hari ke depan.
Diberitakan pula bahwa tentara Turki terpaksa menembakkan gas air mata, kepada sekelompok pengunjuk rasa yang memprotes hasil pemilu. Pengunjuk rasa itu berkumpul di tenggara kota Kurdis di Diyarbakir, setelah partai oposisi pro-Kurdi mendapatkan hasil hampir kurang dari 10 persen sebagai syarat untuk masuk ke parlemen.
Pada Juni lalu, AKP sempat kalah untuk mendapatkan suara mayoritas yang mereka dapatkan sejak tahun 2002. Erdogan telah mempresentasikan hasil polling tentang kemungkinan untuk memperbaiki stabilitas usai ketegangan dengan pemberontak Kurdi dan setelah dua serangan bom yang dikaitkan dengan ISIS.
Kini dengan kemenangan dari 95 persen suara yang telah dihitung, AKP mendapatkan 49,5 persen suara, berdasarkan siaran dari televisi pemerintah TRT. Angka ini lebih tinggi dari yang diperkirakan para anggota partai. Sementara itu partai oposisi terbesar CHP mendapatkan 25,2 persen yang membuat para politis senior mengatakan koalisi sangat tidak mungkin terjadi.
Politisi senior AKP kepada Reuters mengatakan mereka berharap bisa membentuk pemerintahan partai tunggal, jika mereka berhasil mendapatkan hasil akhir 45-46 persen suara.
“Ini hasil yang diluar dugaan,” kata salah seorang politisi yang terkejut dengan kemenangan AKP.
Sejak polling pada Juni, gencatan senjata dengan militan Kurdi runtuh, perang di perbatasan Suriah semakin memburuk dan Turki — yang merupakan anggota NATO — diserang dua pemboman yang mirip serangan ISIS yang menewaskan lebih dari 130 orang.
Para investor dan sekutu Barat berharap pemilu ini akan membantu memulihkan stabilitas dan kepercayaan diri pada perekonomian Turki. Sehingga Ankara bisa lebih efektif dalam berperan untuk membendung para pengungsi perang yang melalui Turki ke Eropa. Sekaligus membantu memerangi ISIS.
Namun dengan semakin kuatnya posisi Erdogan yang membatasi kebebasan media membuat beberapa pemimpin Eropa khawatir, hubungan Turki dengan Barat pun tetap tegang.
Selama ini Erdogan dan AKP bersikap sangat kritis, contohnya terhadap dukungan Amerika Serikat terhadap milisi Kurdi untuk memerangi ISIS di negara tetangga Suriah.
Bencana yang Sederhana
Pemilu kali ini hanya ada sedikit bendera, poster dan mobil kampanye yang berkeliling di jalan-jalan dibandingkan polling Juni.
“Sangat jelas pada pemilu hari ini betapa pentingnya stabilitas untuk negara kita dan hari ini warga negara kita akan membuat pilihan berdasarkan hal tersebut, “ kata Erdogan kepada wartawan usai memberikan suaranya di daerah tempat tinggalnya di Camlica, Istanbul.
Pemilihan kali ini diselenggarakan setelah AKP tak berhasil menggaet mitra koalisi setelah hasil polling Juni lalu. Kritik untuk Erdogan menyebutkan pemilu ini mewakili pertaruhan untuk mendapatkan cukup dukungan agar partainya bisa mengubah konstitusi dan memberinya kekuasaan presiden yang lebih besar.
Namun pertaruhan itu tampaknya terbayarkan.
“Turki mengalami kerugian mendasar dalam bidang ekonomi, politik dan teror selama periode ini. Para pemilih tampaknya ingin mengembalikan stabilitas lagi,” kata salah satu tokoh AKP.
Sejumlah sekutu dari Barat, para investor asing menyebut koalisi AKP dengan CHP sebagai harapan terbaik untuk mengurangi ketajaman perpecahan di negara yang jadi kandidat anggota Uni Eropa itu.
Sementara itu politisi senior di CHP yang telah mempersiapkan diri untuk pembicaraan potensial untuk koalisi mengatakan hasil pembicaraan bisa jadi semacam “bencana yang sederhana”.
Polarisasi
Hasil pemilu ini bisa memperburuk perpecahan di Turki — antara kelompok konservatif yang memenangkan Erdogan sebagai pahlawan kelompok pekerja, dan kelompok sekularis yang berkiblat ke Barat yang curiga akan kemunculan pemerintah yang otoriter dan Islamis.
Para pemilih terbagi dua secara tajam dalam pandangan mereka tentang kembalinya pemerintahan dengan partai tunggal dan prospek akan koalisi.
“Kesejahteraan, kehidupan yang lebih baik, rumah yang lebih besar dan peralatan mewah yang kami punya, kami berhutang pada partai AKP dan Erdogan,” kata Nurcan Gunduz (24) di sebuah bandara di Ankara.
[PM005]
Belum ada komentar