PM, Jakarta – Penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intellgence (AI) semakin berkembang, termasuk di dunia jurnalistik yaitu Robojurnalism. Robojurnalism atau perpaduan antara media dengan teknologi Artificial Intellegence (AI) diperkirakan akan menjadi media jurnalistik masa depan.
“Robojurnalism itu proses produksi dan distribusi berita dengan menggunakan AI dan sudah banyak digunakan media. Kita sekarang ada di era post truth, era dimana terdapat orang percaya pada yang sebetulnya tidak faktual. Contohnya, vaksin yang penting dan tidak merugikan anak sebetulnya, tapi banyak yang menolak dan tidak dilandasi oleh fakta yang akurat,” ujar Pimpinan Redaksi Tempo.co, Wahyu Dhyatmika, dalam acara Senyawa+ di Jakarta Selatan, Sabtu (1/12) lalu.
AI merupakan kecerdasan buatan atau kemampuan mesin untuk melakukan prediksi berdasarkan data yang dilatih, sehingga terpola algoritme-nya dan memunculkan output. Penggunaan AI dalam media berita digunakan dengan cara baru untuk mempercepat hingga mengumpulkan lalu mendistribusikannya.
Salah satunya adalah personalisasi berita, menurut Wahyu, dengan AI berita tidak lagi menjadi produksi masal tapi bisa diatur sesuai dengan kebutuhan pembaca. Personalisasi berita ini akan menjadi jurnalisme masa depan.
“Karena sistem nilai harus berhadapan dengan fakta, yang diperkuat oleh peran media sosial. Dimana kita hanya mendengar apa yang ingin kita dengar dan melihat apa yang ingin kita lihat. Ketika kita mengetik satu keyword di Google, apa yang saya cari itu berbeda dengan orang lain,” kata Wahyu.
CEO and Co-Founder Kata.ai, Irzan Raditya, menjelaskan peran AI dalam era jurnalism. Pada 20 tahun yang lalu, kata Irzan, persisnya tahun 1997, perusahaan serba dotcom dan tidak banyak perusahaan yang bertahan dengan menggunakan dotcom.
“10 tahun kemudian, tahun 2007, Steve Jobs membuat iPhone dan muncul yang namanya App Economy yang bisa menghasilkan perusahaan dengan keuntungan miliaran,” tambah Irzan. “App Economy tanpa kita sadari sudah 10 tahun, tahun 2017 hingga sekarang menurut analis sudah memulai penggunaan AI”.
Menurut Irzan, AI itu luas dan setiap teknologi akan menggunakan AI yang berbeda. Contohnya, ada machine learning atau program yang melibatkan pengembangan algoritma belajar mandiri.
Selain itu ada juga natural language processing atau program dengan kemampuan komunikasi dengan user menggunakan bahasa manusia yang alami. Dan voice recognition atau teknik agar komputer dapat mengenali dan memahami bahasa ucapan.
“Perusahaan global seperti Google saat ini sedang melakukan investasi internal dan eksternal untuk pengembangan AI khususnya di Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia. Dan menurut informasi ada 50 persen aktivitas pekerjaan manusia bisa diotomasi,” lanjut Irzan.
Sudah ada beberapa media yang sudah menggunakan AI di Indonesia salah satunya Beritagar. Irzan juga memberikan contoh kerja AI yang sudah dipakai di dunia jurnalistik seperti Toutiao. “Toutiao ini, startup dari Cina dengan valuasi US$ 22 miliar yang menggunakan AI, ke depannya ada media startup yang akan mengarah seperti ini juga,” tambah dia.
Toutiao menggunakan rekomendasi engine, yang mengumpulkan data untuk memberikan personalisasi inside atau personalisasi news. Menariknya pada 2016, ketika olimpic di Rio de Janeiro, Brasil, Toutiao mempunyai both atau showing both untuk mempublish 450 berita automated, berita dari cabang olahraga dari human soccer, table tenis, dan badminton. [Tempo]
Belum ada komentar