Rendahnya Hasil Riset di Bidang Kesehatan Karena Minim Peneliti

Rendahnya Hasil Riset di Bidang Kesehatan Karena Minim Peneliti
Ilustrasi Foto: Sinar Harapan

PM, Jakarta – Hasil riset inovasi pada bidang kesehatan dan obat-obatan di Indonesia diketahui masih rendah. Hal itu lantaran minimnya peneliti pada bidang tersebut, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Dilansir dari Pikiran Rakyat, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menuturkan, pada tahun depan, riset bidang kesehatan dan obat-obatan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tujuan itu sesuai dengan rencana jangka panjang rencana induk riset nasional (RIRN) hingga 2045.

Ia menuturkan, kesenjangan antara penelitian dan pemanfaatan hasil riset untuk masyarakat masih lebar. Banyak hasil riset yang sulit diproduksi massal oleh pihak industri.

Menurut dia, penelitian bidang kesehatan dan obat-obatan Indonesia masih yang terendah dibandingkan negara anggota ASEAN.

“Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, dan ekonomi berbasis penelitian dan inovasi tidak dapat dihindari lagi. Penelitian bidang kesehatan dan obat-obatan manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat dari berbagai kalangan,” ujar Nasir di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu (7/11).

Ia menegaskan, para peneliti Indonesia harus berusaha untuk terus menciptakan inovasi yang mendukung pembangunan nasional secara keseluruhan.  Sebuah penelitian harus diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat merespons cepat kebutuhan masyarakat.

“Salah satunya pada bidang kesehatan dan obat-obatan. Bidang ini masuk dalam 10 bidang prioritas RIRN. Program Novartis Young Innovators Camp (NYIC) seperti ini sesuai dengan RIRN. Untuk meningkatkan dan meningkatkan keterampilan inovasi talenta muda,” katanya.

Ia berharap, perusahaan farmasi terkemuka di dunia, seperti Novartis menghadirkan sebuah program manajemen pengembangan untuk melahirkan generasi muda yang kompeten dalam memajukan sistem kesehatan Indonesia.

Presiden Direktur Novartis Indonesia Jorge Wagner mengatakan, kesehatan merupakan faktor terpenting dalam kemajuan sebuah bangsa. Ia berjanji, Novartis Indonesia akan mengembangkan industri kesehatan yang mengacu pada RIRN.

“Kami sangat senang melihat para talenta muda ini begitu bersemangat mengikuti acara kami, dan diharapkan menghasilkan solusi inovatif dan aplikatif demi kemajuan sistem kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutur Jorge.

Sebagai bentuk apresiasi, lima orang terpilih dari program tersebut akan bergabung bersama Novartis Indonesia untuk terjun langsung di bidang kesehatan dan mewujudkan inovasinya. Jorge berharap, ke depannya tidak hanya lima orang yang dapat mengembangkan idenya di bidang kesehatan.

“Namun juga kandidat lain yang telah dibekali ilmu dari berbagai pakar selama mengikuti NYIC, serta dapat terus berinovasi dan mengembangkan ide kewiraswastaan melalui caranya masing- masing,” katanya. [Pikiran Rakyat]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Unimal Bangun Kerjasama dengan PT Media Televisi Indonesia
Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya (Pakai Peci) bersama kepala Departemen OD and Talent Acquisition PT Media Televisi Indonesia, Ismu Wardhani. []

Unimal Bangun Kerjasama dengan PT Media Televisi Indonesia