PM, Aceh Tenggara – Kondisi stand maupun anjungan kabupaten Aceh Tenggara pada event lima tahunan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 di Taman Ratu Safiatuddin, sejak kemarin terus menjadi perbincangan hangat di Aceh Tenggara, termasuk warganet di media sosial.
Salah seorang warga Aceh Tenggara yang berdomisili di Banda Aceh, Irwansyah Putra dihubungi pikiranmerdeka.co via selulernya mengatakan, kondisi stand Agara sebelum dan setelah pembukaan tak begitu ramai dikunjungi para warga.
“Hal itu cukup memperihatinkan, amatan saya di lokasi warga kurang antusias untuk berkunjung melihat stand Agara. Karena hasil karya dan budaya khas Agara cukup minim dipajang atau ditampilkan,” tukas Irwansyah.
Anehnya lagi, tambah dia, Senin malam (6/8) malah di anjungan Agara hanya menjual makanan bakso, bukannya makanan khas asli suku Alas misalkan seperti Cimpe, Lelinger, Tasak Telu, Benekem, Labakh atau makanan khas lainnya.
“Selain itu memang ada juga dodol buatan warga Agara,” tuturnya.
Ia berharap kejadian itu harus menjadi bahan evaluasi bagi Pemkab Agara serta SKPK terkait. Sebab polemik yang ada di even PKA itu bukan lagi masalah anggaran saja tetapi lebih kepada marwah dan budaya Aceh Tenggara.
Informasi yang dihimpun pikiranmerdeka.co dari sumber terpercaya, untuk dana kegiatan PKA Aceh Tenggara tidak ada tertampung di APBK murni 2018, tetapi pihak eksekutif mengajukan pergeseran anggaran sebelum perubahan APBK-2018, atau sifatnya mendahului ke DPRK.
Dari data itu terlihat dana PKA Agara sebesar Rp 934.700.000, dan ada lagi biaya untuk rehab berat anjungan Agara di Banda Aceh jumlahnya sebesar Rp 190 juta.
Terkait hal itu Kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Agara, Ahmad Yani SE dihubungi via selulernya Selasa (7/8) mengatakan, “nanti setelah selesai acara PKA di Banda Aceh saya jelaskan di Kutacane.”
Saat disinggung kondisi stand Agara dan anjungan yang terbilang sepi pengunjung, termasuk juga ketika stand hanya menjual makanan bakso dan dodol buatan Agara, Yani enggan menjawabnya kembali.
Menanggapi hal itu, ketua Lembaga Anti Korupsi Aceh Tenggara (Lankar) Nawi Sekedang SE mengaku cukup heran mengapa pihak eksekutif dan legislatif tak ada memasukan dana PKA Agara itu dalam APBK murni 2018.
“Apa kelupaan atau memang anggaran tak cukup sehingga harus dialokasikan di APBK-perubahan 2018 dan sifatnya mendahului,” kata Nawi.
Namun di lain sisi, yang sangat ia sesalkan beredar infomasi luas di media sosial sejak dua hari lalu, kondisi stand Agara pada event PKA ke 7 tak seperti yang diharapkan masyarakat banyak.
“Ditambah lagi anjungan yang tak begitu ramai menampilkan hasil karya adat-budaya khas Agara,” sebut Nawi.
“Sementara dana yang dialokasikan cukup besar walaupun itu mendahului sekitar Rp 934.700.000. Dana itu cukup besar, sebab informasinya SKPK lain berangkat ke PKA dengan menggunakan biaya sendiri, kecuali rombongan PKA itu memang dananya dari situ,” pungkas Nawi. []
Reporter: Jufri
Belum ada komentar