Daslina, Potret Perempuan Miskin di Pelosok Abdya

Daslina, Potret Perempuan Miskin di Pelosok Abdya
Daslina, Potret Perempuan Miskin di Pelosok Abdya

PM, Blangpidie – Daslina (38) janda tiga anak warga Desa Asoe Nanggroe, kecamatan Jeumpa Kabupaten Aceh Barat Daya rela bekerja serabutan seperti mengambil upah cucian di beberapa rumah warga dan membantu membuat kue.

“Biasanya saya pergi jam 5 pagi dan pulang jam 10 malam, kadang-kadang kalau kondisi hujan atau sudah larut malam, saya terpaksa menginap di tempat saya bekerja,” tuturnya, Selasa (10/7).

Pekerjaan itu ia tekuni demi menyekolahkan ketiga anaknya. Upah yang ia dapat pun tidak begitu banyak, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Hanya 300-400 ribu per bulannya,” ungkap Daslina.

Ia mengaku, nasib baik belum berpihak kepadanya. Dua tahun yang lalu, dia serta tiga anaknya ditinggal pergi suaminya.

“Anak saya yang pertama, Muhammad Nabawi (16), yang kedua, Intan Salsabila(11), yang terakhir, Azahara Asilarahma (2),” kata Daslina memperkenalkan.

Diceritakannya, anaknya yang terakhir selalu dibawa kemanapun ia bekerja. Selain itu, setelah ia diceraikan, suaminya Anwar (39) menikah lagi dengan wanita lain.

“Jangan tanyakan lagi, dia (suaminya) sudah pergi meninggalkan kami,” keluhnya.

Akibat keterbatasan ekonomi, Daslina tak mampu berbuat banyak demi merubah garis hidupnya.

Potret kemiskinan Darlina menjadi salah satu catatan ketimpangan yang selama ini seolah luput dari perhatian pemerintah. Sebab, keluarga miskin sepertinya tidak pernah mendapat sentuhan program bedah rumah, sebagaimana kerap didengungkan pemerintah untuk masyarakat miskin.

“Tidak ada bantuan apapun selama ini, jangankan iming-iming rumah bantuan, didata pun tidak,” ujar Daslina.

Rumah Daslina, Janda miskin di Abdya. (PM/Armiya)

Selain itu, kata dia, tanah bangunan rumah yang ia tempati bukan miliknya pribadi, melainkan milik keluarga suaminya. Rumah Daslina hanya seluas 3 X 3 meter dan dipagari semak belukar. Atapnya sekedar dilapisi dedaunan tua. Sementara kondisi lantai rumah berpapan dan setengahnya masih beralaskan tanah.

“Yang penting ketiga anak saya bisa makan dan bisa menempuh pendidikan, agar kemudian mereka tidak seperti saya,” kata Daslina.

“Jika sewaktu-waktu saya diusir, saya benar-benar tidak tahu harus tinggal dimana,” ungkapnya lagi.

Daslina hanya bisa berharap, jika nanti ia sudah tua dan sakit-sakitan, ada tempat peristirahatan sementara untuk dia dan ketiga anaknya.

“Jika nanti saya di pangil Yang Maha Kuasa ada tempat berteduh untuk mereka,” ucap dia.

Sementara itu, kepala desa setempat Adnan, saat ditemui membenarkan Daslina tercatat sebagai warganya.

“Ya, benar dia sebagai warga desa kita,” ungkap Adnan.

Selain itu, Adnan menambahkan bahwa Daslina memang belum mendapat bantuan.

“Barang kali dia belum memiliki tanah pribadi,” imbuhnya. []

Reporter: Armiya

 

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Kodam IM Sambangi Aceh Jaya
Ist

Kodam IM Sambangi Aceh Jaya