Soal Pemindahan Pasar, Pemkab Diminta Tak Adu Domba Pedagang

Soal Pemindahan Pasar, Pemkab Diminta Tak Adu Domba Pedagang
Suasana Pasar Inpres Tapaktuan, terlihat lengang dan sepi pengunjung akibat daya beli warga relatif rendah.

PM, TAPAKTUAN – Direktur Eksekutif Yayasan Gampong Hutan Lestasi (YGHL), Sarbunis, meminta Pemkab Aceh Selatan melalui Disperindagkop dan UKM, tidak mengadu domba pedagang untuk memuluskan rencana pemindahan ratusan pedagang pasar Inpres ke Pasar Rakyat di kompleks PPI, Lhok Bengkuang Timur, Tapaktuan.

“Pihak Disperindagkop dan UKM yang bertanggungjawab dalam pemindahan atau relokasi para pedagang, terindikasi melakukan pemaksaan kehendak dengan cara bernegosiasi dengan oknum warga yang mengaku pedagang. Akibatnya, para pedagang menjadi berang, karena oknum pedagang gadungan menyatakan bersedia pindah dengan cara membuat pernyataan fiktif, sehingga menjadi alasan kuat bagi pihak Disperindagkop UKM, menggusur pedagang di Pasar Inpres,” kata Sarbunis kepada wartawan di Tapaktuan, Minggu (25/3).

Aktivis LSM yang selama ini aktif mendampingi para pedagang itu mengaku, pihaknya bersama belasan pedagang lainnya, Rabu (21/3) siang, telah mengadu kepada Ketua DPRK Aceh Selatan, T. Zulhelmi.
“Sebab, kita kawatir dengan munculnya oknum cuak itu, bisa menimbulkan kontak fisik di antara mereka, sehingga kita harus mengantisipasi sejak dini,”katanya.

Kedatangan mereka, mendapat sambutan baik dari Adun Jul, panggilan akrab ketua dewan. “Pak Ketua menyarankan kami mengadu ke Polsek, guna menghindari berbagai kemungkinan terburuk,” sebut Arjuna, pedagang yang ikut beraudensi ke ketua dewan.

Sarbunis menyebutkan, upaya pemindahan pedagang itu masih sulit dilaksanakan karena kondisi pasar rakyat, sama sekali tidak mendukung dan persoalan pasar rakyat itu kini masih dalam penyelidikan pihak berwajib.

Selain lokasi kiosnya sempit hanya 2,75 meter persegi, lokasi lingkungannya juga amburadul, karena proyek penataan lingkungan yang dibangun dengan dana tumpang tindih bernilai Rp 2,6 miliar lebih sumber APBK dan APBA tahun 2017 diduga asal jadi.

Demikian pula fasilitas pendukung lainnya seperti terminal dan lainnya, termasuk biaya transportasi mencapai dua kali lipat dari kota ke lokasi Pasar Rakat di Batu Merah Gampong Lhok Bengkuang Timur.

Karenanya, upaya pemindahan ini semakin menjadi dilematis bagi pedagang di sana, akibat daya beli masyarakat kian rendah, setelah perekonomian dialami warga makin terpuruk.

“Saat ini saja, konsumen yang datang berbelanja ke pasar inpres bisa dihitung dengan jari, maka otomatis kondisi pasar inpres jadi lengang begini,” ucap Syamsul,45, seorang pedagang tempe.()

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait