Wasiat Arbi untuk Ridwan Tersangka Pembunuhan Sekeluarga di Banda Aceh

“Saya mewasiatkan kepadanya untuk berbuat baik, jangan pernah mencuri, jangan pernah mabuk-mabukan, jangan pernah membunuh atau merampok. Namun pesan itu dilupakan oleh Ridwan,”

Arbi Sulaiman (60), ayah Ridwan tersangka pembunuhan sekeluarga di Gampong Mulia, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.(pikiranmerdeka.co/Arif Hidayat)

Anaknya menjadi pelaku pembunuhan tentu tidak pernah dibayangkan oleh setiap orang tua, apa lagi sampai terjadi. Kondisi pelik ini lah kini yang menimpa Arbi Sulaiman (60), ayah Ridwan (22) tersangka pembunuhan sekeluarga di Gampong Mulia, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

BACA: Polisi Sita Sejumlah barang dari Rumah Ridwan di Aceh Jaya

Meski berada tidak jauh dari ousat Kecamatan, namun sedikit sulit menemukan rumah kediaman orang tua Ridwan, di Gampong Paya Seumantok, Aceh Jaya. Terlebih bagi yang belum begitu mengenal tempat tersebut.

Jalan yang tidak beraspal dan mulai sempit karena ditutupi ilalang, merupakan satu-satunya akses menuju kediaman tersangka pelaku pembunuhan sadis terhadap Tjisun (45), Minarni (40) dan Callietos (8).

Tak jauh masuk dari lorong tersebut, terlihat rumah panggung kecil terbuat dari kayu. Meski ukuran yang lumayan kecil namun bagunan itu beratapkan seng. Tak banyak rumah warga di sekitar bagunan, hanya rumah ayah dari Ridwan serta rumah kakeknya. Di rumah itu lah Ridwan dibesarkan oleh orang tuanya.

Kediaman orang tua Ridwan, tersangka pembunuhan sekeluarga di Banda Aceh.(pikiranmerdeka.co/Arif Hidayat)

Saat ini, Arbi hanya tinggal bertiga dengan istrinya Eda (40) serta Faisal, abang dari Ridwan di rumah yang tak layak huni ukuran, 3 x 6 meter persegi dengan berdindingkan kayu yang sudah mulai lapuk.

Arbi sehari-hari bekerja sebagai petani dengan penghasilan pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhannya, ia menanam padi di sawah dan berkebun.

TERKAIT: Tersangka Pembunuh Pasutri dan Anak di Banda Aceh Ditangkap di Kuala Namu

“Di sini Ridwan tidak ada masalah apa-apa dan dengan siapapun. Jangankan dengan masyarakat lebih tua dari dia, para pemuda, anak kecil pun dia tetap berteman. Jangankan bermusuhan tutur kata saja tidak pernah bermasalah dengan orang lain di desa ini,” cerita Arbi kepada Awak media terkait keseharian anaknya di kampung halaman, Jumat, (12/1) kemarin.

Arbi Sulaiman berupaya tegar saat menceritakan kisah perjalanan hidup anaknya Ridwan saat masih di kampung halaman. Meski demikian, nampak dari rawut wajah pria tua tersebut seakan tidak kuasa menahan kesedihan.

Arbi mengisahkan, pergaulan anak keduanya itu termasuk luas di masyarakat. Bahkan, saat masih di kampung, Ridwan pulang ke rumah hanya sebentar saja untuk mengganti pakaian dan langsung pergi lagi bermain dengan rekannya.

“Pulang ke rumah hanya tukar baju dan langsung pergi lagi. Begitu selalu kalau di sini, dia tidak banyak bicara,” kenang Arbi, yang sesekali mengusap air matanya.

Ia menuturkan, Ridwan hanya mengenyam pendidikan sampai dengan kelas dua SMP. Faktor ekonomi menjadi penyebabnya.

“Jangankan untuk menyekolahkan dia, sehari-hari saja kami sangat kesulitan. Ridwan juga sempat menuturkan kepada saya pada saat dia sekolah dulu, bahwa setelah dia pikir ayah tidak akan mampu menyekolahkan, dia minta keluar sekolah untuk bekerja. Saya juga sadar bahwa saya memang tidak mampu untuk menyekolahkannya lagi,” aku Arbi.

Putus sekolah, Ridwan sempat tinggal di kampung halamannya selama beberapa saat. Saat di kampung, kata Arbi, Ridwan tidak bekerja serabutan dan buruh kasar.

“Kalau memang tidak mau sekolah lagi, saya dulu sangat berharap agar Ridwan mengelola kebun saja di desa ini. Karena meskipun ia berkeluarga nantinya, hasil sudah ada dan ia juga mengiyakannya,” tambahnya.

Arbi menceritakan, sebelum bekerja sebagai sopir di tempat majikan yang dibunuhnya itu, pertama Ridwan bekerja di salah satu tempat isi ulang di Banda Aceh. Namun, di tempat tersebut tidak bertahan lama. Kemudian ia bekerja di warung kopi.

“Terakhir dia katanya mau ke Jambi, namun Saya tidak tau apa benar ke Jambi ataupun tidak. Saya tidak tau, karena jarang komunikasi karena tidak memakai Handphone, dan yang Saya tau dia kerja di Jambi,” ucap Arbi.

Arbi menjelaskan, sejak dirinya mengetahui anaknya ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pembunuhan pikirannya menjadi sedih. Arbi seakan tidak percaya dengan kejadian yang dilakukan oleh anaknya.

“Saya tidak habis pikir, seakan tidak mungkin. Karena Saya sendiri tidak pernah begitu, bahkan Saya pernah menjadi kepala dusun di kampung ini, namun Saya tidak habis pikir dengan Ridwan,” ucapnya sedih.

Arbi juga menjelaskan, bahwa sebelum anaknya merantau juga sudah pernah mengingatkan untuk selalu berbuat baik kepada siapa pun.

“Saya mewasiatkan kepadanya untuk berbuat baik, jangan pernah mencuri, jangan pernah mabuk-mabukan, jangan pernah membunuh atau merampok, namun janji itu dilupakan oleh Ridwan,” sesal Arbi.

Saat ini, Arbi mengaku tidak memikirkannya lagi. “Dia sudah senang di sana, tidur sudah di rumah batu, makan sudah diberikan oleh orang lain bahkan sudah senang dia dengan kami di sini, ini hasil dari dia sendiri,” ucapnya.()

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait