Kehadirannya untuk memanjakan warga Banda Aceh. Kamiantaraja meraup puluhan juta rupiah per bulan.
Semakin berkembangnya layanan transportasi, tuntutan untuk melakukan terobosan yang inovatif terus bermunculan. Kecanggihan teknologi mempengaruhi pola pikir masyarakat yang kian menginginkan layanan praktis dan cepat. Seakan tak ingin ketinggalan, di Aceh, dua pria alumni alumni Fakultas Ekonomi Unsyiah, Darma Satria dan M Qadri Alkarana merintis usaha layanan antar-jemput. Mereka menamakannya ‘Kamiantaraja’.
Beroperasi sejak tahun 2015 lalu, Darma mengaku layanan Kamiantaraja awalnya terinspirasi dari orang tua yang sering menyuruhnya membeli balanjaan. “Juga dari kawan-kawan yang sering titip jajanan, usai kita bantu ya pasti diberi uang lebih untuk kita. Saya pikir ini bisa jadi konsep yang lebih baik untuk dikembangkan secara serius,” kata Darma kepada Pikiran Merdeka, pekan lalu.
Awalnya, jasa layanan antar yang mereka gagas hanya tersedia untuk membeli dan mengantar makanan saja. Jasa itu mereka namakan ‘Delivery Food Banda Aceh’. “Lalu pada saat bulan puasa, ada mahasiswa yang kuliah semester pendek, susah cari kendaraan jadi kesulitan tidak ada yang antar, lalu mereka membuka ojek,” kata Darma.
Nama Delivery Food Banda Aceh pun kian terdengar janggal. Mereka pun mulai memikirkan nama lain yang lebih cocok untuk usahanya.
Lama kelamaan, permintaan pelanggan makin beragam. Tanpa canggung, Darma dan Alka bersedia memenuhi permintaan itu. “Tak hanya itu, kadang juga ada yang minta dobrakin pintu, aneh-aneh juga, jalan-jalan, nganterin motor mogok dan anterin balik. Akhirnya kita ubah dan diciptakanlah namanya Kamianataraja, gampang diingat dan mudah disebutkan,” jelas Darma.
Dirinya melihat peluang ketika banyak dari masyarakat di kawasan kota yang mulai menginginkan layanan praktis dalam berbelanja. Darma merasa ada kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Bersama rekannya Qadri, ia mulai mempromosikan jasa layanan mereka kepada kerabat terdekatnya. “Awalnya sama sekali tak ada orderan. Tapi setelah Kamiantaraaja diperkenalkan ke teman-teman dan saudara-saudara, pelanggan mulai ada, meski waktu itu semingu baru empat sampai lima orang,” tutur Darma.
Makin lama, Darma mengembangkan usahanya. Di Kamianataraja, ada beberapa macam jenis layanan jasa antar, di antaranya pembelian makanan, penjemputan, dan pengantaran dokumen. “Juga ada ojek dan banyak bantuan lainnya, tujuannya untuk memudahkan warga di Kota Banda Aceh,” tambahnya.
Untuk pangsa pasar, pelanggan jasa Kamiantaraja kebanyakan dari kalangan anak sekolah, selain itu juga ada mahasiswa, rumah tangga hingga perkantoran. “Untuk perkantoran bahkan sudah hampir rata di seluruh Kota Banda Aceh,” ujar pria asal Sigli ini.
Darma bercerita mengenai jasa layanan antar yang sebelumnya telah ada di Banda Aceh. “Ada usaha serupa, namanya Banda Delivery, tapi sekarang itu sudah tutup. Kami pelajari seluk beluk jasa layanannya, di situ kami simpulkan untuk membuka layanan antar tidak hanya berupa barang saja, tapi juga ada di bidang jasa, kami buat berbeda dari yang lain,” lanjut Darma.
Mengenai jumlah orderan, Kamiantaraja mampu meraup rata-rata 200 orderan per harinya. Dari ratusan orderan itu, 80 persennya pelanggan layanan untuk mengantar makanan. “Sedangkan sisanya antar paket karena saat itu kalau ojek di Banda Aceh itu sangat jarang, karena masyarakat dominan punya kendaraan pribadi, sehingga peminatnya kurang,” katanya.
Pemesanan Kamiantaraja bisanya meningkat itu saat musim hujan. Saking banyaknya pemesanan, dalam dua tahun terakhir biasanya selalu ada yang ditolak. ”Karena kondisi jalanan, tidak bisa buru-buru.”
Seiring berjalannya waktu, usaha layanan antar serupa Kamiantaraja mulai bermunculan. Warga kota Banda Aceh diperkenalkan layanan baru seperti Mr Delivery Banda Aceh dan Sado Delivery. Kemunculan para pesaing ini tak membuat Darma khawatir.
“Dengan adanya usaha lokal serupa, kita semakin senang. Jadi semakin terpacu untuk membuat yang lebih baik dan melayani masyarakat dengan baik,” ujarnya.
Di Kamiantaraja, Darma memiliki pekerja tetap sebanyak 35 orang, sedangkan yang aktif sekitar 22 orang. “Karena kita menggunakan sistem yang part time dan fleksibel,” imbuhnya lagi.
Sementara untuk tarif layanannya, di tiga kilometer pertama itu biayanya sejumlah Rp13.000. Lalu tiap kilometer berikutnya bertambah Rp2.000. “Untuk daerah paling jauh itu rutenya Bandara SIM Blang Bintang, Banda Aceh itu semua, Aceh Besar hanya beberapa seperti Ajun, Ketapang, Mata Ie, Kajhu, arah Lampeunurut dan Tungkop,” kata dia.
KEMUNCULAN TRANSPORTASI ONLINE
Dalam satu tahun terakhir, kota Banda Aceh mulai marak disuguhi angkutan online. Angkutan seperti Gojek, Grab dan sejenisnya yang kini mulai beroperasi di Aceh, setelah malang melintang di berbagai wilayah di Indonesia. Usaha tersebut rupanya juga melayani berbagai hal, tak berbeda dengan Kamiantaraja, baik Go-Jek maupun Grab menawarkan layanan seperti antar-jemput dan segala macam kebutuhan masyarakat lainnya.
Beberapa waktu lalu, pemilik transportasi konvensional di Aceh mulai gusar dengan keberadaan angkutan online. Puncaknya, ratusan pengemudi konvensional melakukan aksi demo ke kantor gubernur. Pihaknya mengatakan, sejak hadirnya jasa angkutan online di Aceh, para pengusaha transportasi lokal merasa dirugikan karena omset pendapatan yang mereka dapatkan kian hari kian menurun.
Alka sebagai salah satu pengelola usaha Kamiantaraja mengaku kaget dengan masuknya angkutan online skala nasional seperti Go-jek ke Banda Aceh. “Waktu itu saya bertanya-tanya kenapa Go-jek masuk ke Banda Aceh yang kecil seperti ini,” katanya.
Namun lambat laun, berbeda dengan becak dan labi-labi, pendapatan Kamiantaraja tak turun begitu signifikan. Malahan, untuk omset kotor saja, Kamiantaraja bisa meraup puluhan juta rupiah per bulannya. Alka mengaku Kamiantaraja kian konsisten menjaga kualitas pelayanan. “Yang penting usaha yang terbaik aja, karena rejeki sudah ada yang atur,” sebutnya.
Selain itu, pembagian keuntungan juga ia berikan lebih kepada para pekerja. “Jadi untuk yang bergabung itu kita berikan 0 persen keuntungan, dan kita hanya terima 20 persen saja. Ya berbeda-beda, siapa yang rajin dia yang banyak duit. Siapa yang banyak meluangkan waktunya untuk Kamiantaraja itu lebih banyak penghasilannya, dalam sehari paling sedikit Rp100-180 ribu,” jelas Alka.
Terhadap pelanggan, Kamiantaraja menekankan agar anggotanya bisa menjaga sopan santun. Di layanan ini, tenaga kerja yang ditampung maksimal berumur 25 tahun. “Sehingga masyarakat tidak terlalu kaku saat terima orderan karena pengantaran dari kalangan anak muda. Malah sebagian mereka sangat senang, karena yang sering order itu dari kalangan mahasiswa, ini yang kami pertahankan,” tandas Alka.[]
Belum ada komentar