Cerita Mistis Beko Ditelan Gambut

Cerita Mistis Beko Ditelan Gambut
Cerita Mistis Beko Ditelan Gambut

Sebuah ekskavator tenggelam di lahan gambut. Dicurigai diseret makhluk halus yang menghuni kawasan itu.

Sebuah alat berat jenis ekskavator atau beko yang ditelan gambut di Buket Bate Badan, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, telah menyita perhatian masyarakat banyak.

Fenomena ini menjadi perbincangan warga, bahkan ada yang mengait-ngaitkan dengan sosok mahluk gaib. Itu sebabnya, lokasi tersebut mendadak ramai dikunjungi sejak lebih dari sepekan terakhir.

Hampir setiap sore, puluhan bahkan ratusan warga termasuk kaum ibu, gadis remaja dan anak-anak datang silih berganti. Asari misalnya, warga Matang Bugak. Pria ini diajak sang anak untuk menyaksikan langsung fenomena tersebut.

“Dipakat lee aneuk miet jak kalon moto beko bang (Diajak sama anak untuk melihat beko bang),” kata Asari, yang juga mantan Mukim Jambo Aye Tengah, Kecamatan Tanah Jambo Aye, ditemui Pikiran Merdeka di lokasi, Senin 9 Oktober 2017.

Sejumlah pedagang juga berbondong-bondong. Salah satunya adalah Ishak, pedagang jamblang atau buah duwet asal Panton Labu, ini mengaku mendapat omzet hingga Rp150 ribu per hari. Buket Bate Badan, benar-benar telah berubah layaknya tempat piknik baru.

Seorang pemuda Buket Bate Badan mengatakan, kejadian beko ditelan gambut tersebut terjadi pada Senin 2 Oktober. Beko ini, katanya lagi, nyaris tenggelam sesaat setelah kejadian. Usai ditarik, kini sudah mulai nampak bagian “siku tangannya.”

“Kejadian terjadi menjelang siang, warga mendengar ada beko terperosok. Kemudian kami (warga setempat) ramai-ramai datang ke lokasi untuk membantu, tetapi tidak bisa ditarik,” kata sumber yang sama.

Rekanan penyedia alat berat, Saifullah alias Toke Pon dihubungi terpisah mengatakan, ekskavator tersebut terbenam ketika sang operator yang dioperasikan Tgk Manan, warga Simpang Ulim, Aceh Timur, ini sedang menggali saluran pembuangan air.

“Padahal pengerjaan (penggalian saluran pembuang) ini hanya tinggal puluhan meter lagi yang belum siap dikerjakan, dari total 2 kilometer seluruhnya. Tetapi tiba-tiba sudah terperosok,” katanya.

Pihaknya sudah berhari-hari berupaya mengangkatnya. Bahkan satu unit ekskavator lain didatangkan ke lokasi guna menarik beko dimaksud. Meski telah menguras biaya hingga puluhan juta, tetapi belum membuahkan hasil.

“Saya sudah hampir kehilangan akal (untuk mengangkat beko) ini. Kalau kita meminta bantu kepada pemerintah tidak mungkin, tetapi itu proyek gampong yang menggunakan dana dasa. Harapannya, ya dibantu (oleh pemerintah),” pinta Toke Pon.

Toke Pon menjelaskan, jika saluran pembuangan selesai dikerjakan tanpa kendala, maka juga akan bermanfaat untuk dua gampong tetangga, masing-masing Buket Jrat Manyang dan Gampong Ulee Gle.

Itu dibenarkan seorang pria yang ditemui di lokasi penggalian, menurut sumber tersebut saluran ini dapat mengatasi banjir, jika pada musim penghujan.

alat berat jenis ekskavator atau beko yang ditelan gambut di Buket Bate Badan, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, telah menyita perhatian masyarakat banyak. (pikiranmerdeka.co/Zubir)

KERBAU PERNAH DITALAN

Mantan Keuchik Gampong Buket Batee Badan, Azhari Zakaria menyebutkan, tidak lama setelah beko terbenam, salah satu tokoh agama di gampong tersebut pernah menyempatkan diri untuk berdoa bersama warga lainnya, agar alat berat itu dapat segera bisa ditarik dari lokasi.

“Namun setelah berdoa, pada malam harinya dia (tokoh agama tersebut) bermimpi bahwa ada sebuah masjid telah rusak di lokasi terbenamnya beko. Mimpi dikatakan kepada warga lainnya,” kata Azhari.

Dia mengaku tidak tahu persis, apakah di lokasi ada sosok jin penunggu atau tidak. Tetapi, kata dia lagi, di lokasi alat berat itu pernah terjadi sebuah peristiwa aneh, tepatnya pada tahun 1970-an.

“Ketika itu, ada seekor kerbau terjatuh dan terlilit di lokasi beko ini terperosok. Anehnya, tidak ada warga yang bisa menariknya. Kemudian baru bisa ditarik setelah kerbau tersebut disembelihkan di lokasi,” sebut Azhari.

Tidak jauh dari lokasi gambut tersebut, sambung Azhari, ada sebuah sungai besar pada zaman dulu. Bahkan, ada kapal yang masuk ke sungai dimaksud dan bersandar di sana untuk mengambil barang. Tetapi sungai itu kini tidak ada lagi, hanya tinggal bekas.

Menurut Azhari, lahan gambut tempat beko terperosok memang dimanfaatkan warga untuk menanam tanaman padi pada musim turun sawah. Tetapi para petani tidak pernah mendatangkan traktor maupun traktor tangan untuk menggarap lahan tersebut.

KEDALAMAN GAMBUT

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Aceh Utara, Nuraina SKM MSi mengatakan, setiap tempat maka lahan gambutnya masing-masing beda kedalaman. Kalau di Aceh Utara sendiri, lahan gambut tersebut ada yang mencapai hingga 8 meter lebih.

“Ini berbahaya, jangankan alat berat seperti beko binatang saja bisa mati bila terjebak di dalamnya. Ada baiknya dihindari (mendatangkan alat berat ke lokasi) karena gambut ini berisiko. Juga tidak bagus bila dijadikan lahan pertanian dan lain sebagainya. Salain itu, juga mudah terbakar bila musim kering,” kata Nuraina menjelaskan.

Menurut Nuraina, gambut tersebut sudah ada sejak jutaan tahun lampau dan terbentuk melalui fosil tumbuh-tumbuhan. Di lain sisi, gambut juga dapat menjaga keseimbangan daya serap air dan kesuburan tanah di suatu daerah. Tetapi, Aceh Utara sendiri belum memiliki pemetaannya, seperti di mana saja lokasi lahan gambut berada.

Soal alat berat terjebak di gambut, kata Nuraina lagi, di Aceh Utara bukan baru pertama terjadi, dan itu tidak ada kaitannya dengan mistis. Karena, sambungnya, lahan gambut ini memang ada yang memiliki ke dalaman hingga 8 meter, sehingga berisiko tinggi.

“Di lahan gambut memang biasanya dihuni mahluk gaib. Tetapi kalau alat berat terperosok itu bukan akibat mistis, tetapi kedalaman gambut di tempat kita ada yang mencapai hingga 8 meter,” pungkasnya.

Berangkat dari benar atau tidaknya ada sosok jin sang penunggu di tempat beko terperosok. Yang jelas, Toke Pon sangat berharap agar ekskavator tersebut dapat segera ditarik dari lokasi.

Hingga Jumat petang, 13 Oktober 2017, upaya pengakatan alat berat ini belum membuahkan hasil. Biaya operasional yang dikeluarkan Toke Pon untuk penarikan beko sudah lebih dari Rp70 juta.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait