Ketika Air Bersih Tak Kunjung Mengalir

Ketika Air Bersih Tak Kunjung Mengalir
Ketika Air Bersih Tak Kunjung Mengalir

Puluhan tahun warga di Batee tak menikmati air bersih. Jaringan pipa yang telah tersedia hingga kini belum berfungsi.

 

Raut muka Zainal Abidin mendadak berubah ketika berbicara soal air bersih. Saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu, Warga Gampong Teupin Raya memaparkan kondisi yang ia dan masyarakat lainnya alami. Telah puluhan tahun, kata Zainal, air bersih menjadi barang langka di desa yang berada di Kecamatan Batee tersebut. “Terkadang warga terpaksa membeli air bersih sama mobil PDAM. Per jerigennya lima ribu rupiah,” ujar Zainal.

Membeli dari PDAM, kata dia, salah satu cara warga memperoleh air bersih. Sumur bukannya tak ada. Namun, rata-rata airnya sepenuhnya tawar karena bercampur air asin. Maklum saja, desa yang berada tak jauh dari lokasi pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia Aceh tersebut, juga dekat dengan laut. “Untuk mandi kami terpaksa dengan air setengah asin dan kami sangat menderita. Puluhan tahun tidak ada yang peduli terhadap penderitaan yang kami alami,” ujar Zainal.

Ia menilai banyak program Pemerintah Pidie tak mengena pada sasaran. Soalnya, kata Zainal, tidak ada satu program sejak bupati sebelumnya hingga sekarang yang bisa menyelesaikan persoalan air bersih di daerahnya. “Kami sangat kecewa dengan pemimpin saat ini, kenapa keluhan kami tidak pernah disahuti.”

Hal senada diungkapkan bekas Imum Mukim Bintang Hu, Razali. Saat Pemerintahan Pidie diampu Bupati Mirza Ismail, kata dia, pernah dijanjikan pada akhir 2012 persoalan air bersih di Pidie akan dituntaskan dengan baik. Namun, hingga Mirza digantikan Sarjani Abdullah dan kini Roni Ahmad, janji tersebut bak panggang jauh dari api. Terkesan, kata Razali, setiap tampuk pimpinan berganti, penderitaan warga di kemukimannya kian bertambah. “Ke mana pemimpin saat rakyat menjerit. Untuk apa program muluk-muluk jika air bersih saja tidak sanggup diselesaikan.”

Padahal, kata Razali, saban tahun pemerintah melakukan proyek penyambungan pipa. Tetap saja, air bersih terus menjadi masalah di Batee. Razali membandingkannya dengan kondisi warga di kecamatan tetangga, Muara Tiga. Di sana ada PDAM mini yang suplai airnya tergolong lancar untuk 700 pelanggan. “Mereka kenapa bisa dan kenapa di Batee tidak bisa. Tolong kami Pak Bupati karena kami harus beli air bersih dengan jerigen setiap hari.”

Kondisi tersebut dinilai Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie, Samsul Bahri, sungguh naif bagi pemerintah yang tak mampu menuntaskan persoalan sekecil itu hingga tuntas. Artinya, persoalan yang dialami warga Batee tinggal pada penyelesaian agar warga di sana bisa menikmati air bersih dan tidak lagi membeli atau mencari di tempat lain. “Saya heran sudah puluhan tahun persoalan ini belum tuntas. Kapan juga menyelesaikan semua persoalan rakyat jika pemerintah bisanya cuma bicara,” ujar Samsul.

Padahal, seingat Samsul, setiap tahun ada anggaran yang disiapkan untuk mengatasi masalah air bersih di Batee. “Seharusnya pemerintah lebih jeli melihat penderitaan rakyatnya. Di mana letak kesalahan sehingga warga Batee belum bisa menikmati air bersih. Jika persoalannya anggaran, tugas pemerintah memanggil pihak terkait bagaimana mekanismenya agar air bersih bisa disalurkan ke Batee. Ini jadi dilema bagi pemerintah jika tidak segera menuntaskannya,” ujar politisi Partai Aceh tersebut.

Lain halnya yang diungkapkan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mon Krueng Baro, Sigli, Ridwan. Menurut Ridwan, PDAM hanya menjalankan apa yang sudah ada. Sedangkan setiap proyek seperti pemasangan pipa atau sanitasi semuanya di luar wewenang mereka.

Perlu diketahui, jaringan pipa air bersih ke Batee telah selesai. Hanya saja, hingga kini pipa-pipa tersebut masih kosong.

Proyek jaringan pipa air bersih ke Batee, kata Ridwan, kuasa pengguna anggarannya adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) Pidie. Selain itu, kata Ridwan, untuk mengaktifkan jaringan pipa tersebut butuh dana operasional. “Jika pada percobaan pertama satu sampai dua tahun tidak ada dana operasional, tidak bisa dijalankan sesuai keinginan masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Air Bersih di Disperkim Pidie, Syukri mengatakan anggaran untuk proyek penanaman pipa tahun ini jumlahnya sekitar Rp299 juta. Uang ini digunakan untuk membangun jaringan sekaligus penanaman pipa agar air sampai ke pelanggan.

Ketika disinggung alokasi anggaran pada 2016 yang digunakan untuk pembangunan jaringan air bersih di Batee, Syukri mengaku tidak tahu. Ia baru menjabat sebagai kepala bidang di dinas tersebut.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Kantor Aset Agara Terbakar
Kantor aset milik DPKKD Agara yang berada di lantai dua satu gedung dengan kantor Setdakab Agara setelah kebakaran. . PIKIRAN MERDEKA | Riki Hamdani.

Kantor Aset Agara Terbakar