Diresmikan, Lalu Bermasalah

Diresmikan, Lalu Bermasalah
Foto: Antara/Ampelsa

Masjid Raya yang telah dipugar dengan menyedot anggaran hampir setengah triliun rupiah sudah dua kali diresmikan. Pertama oleh Gubernur Aceh lalu oleh Wapres. Namun, sejak peresmian itulah beragam persoalan muncul ke permukaan.

Saat diresmikan pada pertengahan Mei lalu, renovasi Masjid Raya belum sepenuhnya tuntas. Sehari usai diresmikan loleh Wapres Jusuf Kalla, muncul terlontar kritikan dari beberapa ulama Aceh. Salah satunya mengenai kualitas toilet masjid yang tidak cocok dengan kebutuhan pengunjung. Pembatas toilet yang rendah serta WC duduk dinilai tidak sesuai dengan Syariat Islam.

Belakangan, persoalan payung yang jatuh juga mulai mendapat sorotan. Selain melorot, beberapa pekan sebelumnya didapati satu payung kainnya robek di bagian ujung dan harus dijahit ulang. Bahkan, ada warga yang menjadi korban terhimpit payung jatuh.

Persoalan kembali muncul. Dua pekan lalu, satu unit payung elektrik di Masjid Raya Baiturrahman rusak diterjang angin. Tali seling payung, tidak mampu menahan kencangnya angin hingga terputus. Kain payung merosot jatuh ke bawah. Pengunjung yang lalu lalang di pekarangan masjid sontak kaget, beberapa orang lalu mencoba memotret  pemandangan tak mengenakkan itu, sebagian pengunjung memvideokannya.

“Payung seperti ini tak cocok dipasang, dengan iklim di Aceh yang seperti ini. Sayangnya, besar sekali dana yang telah dihabiskan untuk pembangunannya,” ujar seorang pengunjung. Tak lama kemudian, petugas mencoba memperbaikinya. Meski sudah kembali terpasang, masyarakat mulai meragukan kualitas payung yang harga per unitnya mencapai belasan miliar rupiah.

Kondisi itu sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Banyak yang mengkritik dibangunannya payung elektrik di Masjid Raya, salah satu alasannya karena ketidaksesuaian konteks iklim. “Jika melihat iklim daerah yang kerap diterpa panas dan hujan silih berganti, material payung tak akan dapat bertahan lama, biaya perawatan akan semakin besar,” sebut Dosen Arsitektur Unsyiah, Asrul Sidiq.

Iklim Aceh, sebutnya, memiliki bentang alam yang khas. Maka tidak serta merta bisa meniru Masjid Nabawi. Masjid termegah di jazirah Arab itu kerap dijadikan tata model yang diduplikasi untuk perluasan Masjid Raya Baiturrahman kini.

Sementara itu, Quality Control PT Wijaya Karya Mulyadi mengaku gerah dengan pemberitaan media dalam sepekan terakhir, usai copotnya kain payung tersebut. Menurutnya, seluruh pekerjaan Landscape dan Infrastruktur MRB memang belum selesai. “Semuanya masih tahap uji coba,” katanya.

Namun kritikan yang terlontar selama ini seolah-olah program pembangunan yang ia kerjakan telah gagal. Peresmian yang dihadiri Wakil Presiden RI Jusuf Kalla beberapa pekan sebelumnya, sebut dia, tidak serta merta menandakan proyek ini sudah tuntas.

“Seharusnya orang tidak boleh masuk dulu. Karena belum serah terima. Tapi kita tidak bisa memaksakan orang harus mengerti peraturan konstruksi, nanti akan ada yang menganggap kita menghalang-halangi orang ingin menikmati masjid. Ya, terpaksa kita persilahkan masuk,” ujarnya.

 

MEGAPROYEK RP1,4 T

Pekerjaan payung elektrik adalah rangkaian dari megaproyek Pembangunan Landscape dan Infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh yang total anggarannya mencapai Rp1,4 triliun. Di tahap pertama dari paket pekerjaan tersebut, anggaran dihabiskan sebesar Rp458 miliar untuk lima item pekerjaan, yakni persiapan, struktur, arsitektur, elektrikal, dan pekerjaan landscape.

Dari kelima item ini, paling besar porsinya dihabiskan untuk pekerjaan arsitektur yang menyita anggaran Rp223 miliar. Pekerjaan arsitektur ini meliputi pembangunan basement  yang menghabiskan sekitar Rp37 miliar. Lalu ada juga pekerjaan untuk area masjid sebesar Rp59 miliar, drinking water Rp389 juta, lain-lain seperti pekerjaan bangunan genset, ruang pompa, pagar area luar masjid, ruang kontrol payung, dan pekerjaan kolam air mancur yang totalnya Rp8,4 miliar. Terakhir, pekerjaan payung yang menyedot biaya paling tinggi, yakni Rp118 miliar.

Anggaran total Rp1,4 triliun ini merujuk penjelasan Kadis Cipta Karya Aceh saat ground breaking proyek tersebut, Selasa (28/7/2015). Kadis CKA saat itu, Rizal Aswandi menyebutkan, anggaran pembangunanya mencapai Rp1,4 triliun.

Rizal Aswandi menjelaskan, untuk program pembangunan jangka pendek butuh dana Rp344,845 miliar dan untuk jangka panjang Rp1,1 triliun.

Proyek fisik jangka pendek, urainya, meliputi persiapan pekerjaan dan membutuhkan dana Rp2,175 miliar, kemudian untuk pekerjaan struktur Rp163,298 miliar, pekerjaan arsitektur Rp125,199 miliar, pekerjaan elektrikal Rp12,651 miliar, pekerjaan mekanikal Rp5,714 miliar, pekerjaan landscape Rp3,206 miliar, dan pekerjaan nonstruktural Rp1,249 miliar.

Sementara untuk jangka panjang, fokus utama yaitu pembebasan lahan dan bangunan sampai ke tepi sungai Krueng Aceh. Rizal Aswandi merincikan, untuk sisi barat butuh anggaran Rp83,60 miliar dan pembangunan fisik Rp122,375 miliar. Kemudian sisi selatan butuh Rp56,129 miliar dan pembangunan fisik Rp133,643 miliar.

Ditambahkannya, untuk sisi utara dana yang akan diplotkan adalah Rp201,1692 miliar dan biaya pembangunan fisik Rp13 miliar. Sisi timur Rp105,022 miliar dan pembangunan fisik Rp35,643 miliar. Selain itu, juga untuk pembangunan lingkungan masjid yaitu Rp344,845 miliar dan biaya supervisi Rp4,5 miliar. Sehingga, totalnya menjadi Rp1,1 triliun.

Namun, dengan adanya adendum, jumlah itu kini kembali dikoreksi, karena adanya adendum untuk empat kalinya. Saat ini nilai kontrak berubah menjadi Rp492 miliar. Megaproyek Pembangunan Landscape dan Infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman ini makin tak jelas, berapa sebenarnya dana yang dianggarkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?[]

http://www.pikiranmerdeka.co/2017/06/30/temuan-bpk-jadi-pintu-masuk-penyidik/

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

vd05vhen8dzsej9
Plh. Asisten Pemerintahan, Keistimewaan Aceh dan Kesejahteraan Rakyat/ Asisten I Sekda Aceh, Dr. Drs. Yusrizal, M.Si, menyampaikan smbutan Pj. Gubernur Aceh, pada pada Hari peringatan Damai Aceh ke-19 Tahun 2024 di Taman Bustanussalatin (Taman Sari) Kota Banda Aceh, Kamis (15/8/2024).Foto: Biro Adpim.

Aceh Peringati 19 Tahun Perdamaian