Aceh Siap Laksanakan Penas KTNA XV 2017

Gubernur Aceh Zaini Abdullah saat membuka Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh 2016 menyongsong Penas KTNA 2017.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah saat membuka Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh 2016 menyongsong Penas KTNA 2017.

Setelah berjuang selama empat kali pekan nasional berturut-turut untuk menjadi tuan rumah Pekan Nasional Petani Nelayan (Penas KTNA), akhirnya Aceh terpilih dan dipercaya menjadi tuan rumah Penas KTNA XV 2017.

Kepastian itu diputuskan pada Penas KTNA XIV di Malang, Jawa Timur, tahun 2014. Pemerintah dan Rakyat Aceh menyampaikan terima kasih dan langsung merespon kepercayaan Kontak Tani Nelayan Andalan Nasional kepada Aceh untuk menjadi tuan rumah Penas KTNA XV 2017.

Pengusulan Aceh menjadi tuan rumah Penas ini didasari oleh beberapa faktor penting, di antaranya, pertama faktor sumber daya alam. Sekitar 30% dari luas daratannya adalah lahan pertanian dan perkebunan. Panjang garis pantai Aceh adalah 1.660 km dengan luas wilayah laut 295.370 km2, terdiri dari 56.563 km2 daerah laut teritorial dan kepulauan serta 238.807 km2 merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Dengan luas daratan dan laut tersebut Aceh memiliki potensi besar di sektor pertanian, perikanan dan kelautan. BPS (2014) melaporkan, sektor pertanian masih merupakan bidang yang memberikan porsi paling besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia termasuk Aceh, yakni 46,52%, diikuti sektor jasa 20,72%, dan perdagangan 17,06%, sisanya sektor industri pengolahan 4,05% dan lainnya 11,64%.

Sementara produksi perikanan laut Aceh mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2014 produksi perikanan laut mencapai 154.487,40 ton, meningkat 8% dari sebelumnya 145.883,6 ton pada 2012. Nilai produksi perikanan laut Aceh pada 2014 mencapai Rp2,9 triliun (Aceh Dalam Angka, 2015). Diperkirakan potensi lestari perikanan laut Aceh mencapai lebih dari 200.000 ton per tahun.

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa sektor pertanian, kelautan dan perikanan masih menjadi tulang punggung perekonomian bagi masyarakat Maka sudah sepatutnya pemerintah menjadikan pertanian sebagai leading sector dalam pembangunan. Aceh juga merupakan salah satu lumbung pangan nasional yang hampir setiap tahunnya mengalami surplus padi.

Oleh sebab itu, Pemerintah Aceh telah menetapkan ketahanan pangan dan nilai tambah produk pertanian sebagai prioritas ke 4 dari 10 Program Prioritas Pemerintah Aceh sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017. Dalam perencanaan itu, ada tiga komoditi pangan yang menjadi perhatian, yakni padi, jagung dan kedelai sesuai dengan sasaran pembangunan nasional.

Pada akhir tahun RPJMA Pemerintah Aceh menargetkan capaian produksi padi sekitar 2,9 juta ton, jagung 249 ribu ton dan kedelai 48 juta ton pada tahun 2017. Dengan demikian, sektor pertanian menjadi kunci utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh dalam lima tahun terakhir ini. Apalagi, saat ini Indonesia termasuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuka pasar seluas-luas bagi setiap negara yang tergabung dalam forum tersebut.

Pemerintah Aceh juga memberikan perhatian yang serius dalam menjamin kemudahan akses dan keamanan pangan terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah setiap tahunnya, bantuan pangan kepada kelompok rentan dan transient serta kegiatan Operasi Pasar yang dilaksanakan secara rutin. Keberadaan pasar atau sarana pemasaran yang semakin banyak juga merupakan faktor yang akan memudahkan akses masyarakat terhadap pangan.

Kedua, faktor sumber daya manusia, di mana dari sekitar 5 juta penduduk Aceh, 70% diantaranya tinggal di pedesaan, dan 70% dari mereka adalah petani, selebihnya adalah para nelayan yang berdomisili di wilayah pesisir. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar di Aceh, yakni hampir 35% dari jumlah angkatan kerja yang ada. Tidak heran jika kontribusi sektor ini terhadap PDRB Aceh setiap tahunnya di atas 25%.

Namun, sebagaimana kondisi secara umum di Indonesia, Pemerintah Aceh menyadari memang permasalahan hingga saat ini masih banyak dan sangat kompleks mulai dari hulu hingga hilir. Di hulu, misalnya luas lahan yang sempit (0,5 ha/petani), status kepemilikan lahan, sistem budi daya masih tradisional, penggunaan benih non sertifikat. Sedangkan di hilir, soal ketersediaan modal dalam usaha tani. Hingga kini petani sulit mengakses modal untuk membiayai usaha taninya, lembaga keuangan semisal bank konvensional enggan memberikan kredit kepada petani karena pertanian masih dianggap sebagai sektor yang tidak menjanjikan dan beresiko tinggi.

Dari sisi ketahanan pangan juga masih belum optimal, meskipun ada peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya Skor Pola Pangan Harapan di tingkat konsumsi yang hanya 71, sementara target nasional adalah 85. Oleh karena itu diversifikasi pangan merupakan hal penting untuk dilaksanakan di masa yang akan datang. Berkenaan dengan keamanan/kehalalan pangan, perlu diberikan perhatian yang serius terhadap produk-produk pangan impor maupun pangan lokal yang halal dan layak konsumsi.

Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan berbagai kebijakan dan program yang dilakukan sejauh ini belum sepenuhnya berbanding lurus dengan kesejahteraan petani-nelayan. Karenanya, permasalahan tersebut dipandang sebagai tantangan yang harus diselesaikan dengan lebih efektif.

Even PENAS diharapkan menjadi momentum terbaik kebangkitan dan masa depan petani- nelayan Aceh dengan potensi, produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berdaya saing demi meningkatkan kedaulatan pangan, kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.
Ketiga, modal sosial dan sarana-pra sarana. Kondisi Aceh pascakonflik dan tsunami telah berubah jauh dalam berbagai aspek. Karakteristik “peumulia jamee” (memuliakan tamu) yang mengakar dalam budaya dan dengan kekhususan dan penerapan Syariat Islam, kondisi masyarakat yang semakin terbuka dan toleran berdampak signifikan terhadap berjalannya roda pemerintahan, pembangunan di bebagai bidang, prospek ekonomi rakyat, infrastruktur pendukung seperti akomodasi/hotel/tempat memondokan, infrastuktur, transportasi (darat, laut dan udara), objek wisata plus agrowisata dan prospek investasi jangka panjang dan sebagainya, sehingga diyakini akan mampu mendukung terlaksananya even akbar ini.


PERSIAPAN MENYOSONG PENAS KTNA

Dalam rangka menyukseskan hajatan akbar tersebut Pemerintah Aceh bersama KTNA dan pihak terkait telah melakukan berbagai persiapan, di antaranya sebagai berikut:
Gubernur Aceh telah mengelurkan SK Panitia Persiapan Nomor 521/232/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Panitia dan Kelompok Kerja Persiapan Penas KTNA XV 2017 yang telah melakukan berbagai kegiatan pra-persiapan di antaranya Kajian dan grand desain, rembug madya dan utama KTNA Nasional, identifikasi lahan intensifikasi produksi, intensifikasi SDM petani nelayan, rapat- rapat konsultasi ke Pusat dan Daerah, Studi Banding dan lain-lain.

Menindaklanjuti SK Menteri Pertanian No.448/Kpts/OT.050/7/2016, Gubernur Aceh telah mengeluarkan SK Panitia devinitif Nomor. 421/755/2016 Tanggal 27 September 2016 Tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Pekan Nasional Petani Nelayan XV Aceh Tahun 2017. SK tersebut diikuti dengan instruksi baik lisan maupun tulisan kepada seluruh Bupati/ Walikota/Instansi terkait untuk mendukung pelaksanaan PENAS.

Konsultasi dan rapat- rapat intensif baik dengan Panitia Pusat, Daerah maupu Kabupaten Kota melibatkan semua unsur

Pengalokasian Anggaran yang memadai baik melalui APBA, APBN, APBK dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat

Menyediakan Sekretariat khusus dan representativ di Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh Jln. T. Nyak Arief Kompleks Keistimewaan Aceh, Banda Aceh. Saat ini juga sedang disiapkan Sekretariat kontingen untuk 34 Provinsi dan Kota Banda Aceh dan Aceh Besar yang merupakan dua Kabupaten lokasi pusat acara/kgiatan di kompleks stadion Harapan Bangsa Banda Aceh. Sekretariat juga didukung oleh fasilitas dan personil profesional dengan jumlah yang memadai.

Melakukan publikasi, promosi dan sosialisasi baik kepada internal Pemerintahan, swasta, pemangku kepentingan lebih khsususnya kepada masyarakat luas. Promosi/publikasi memegang peranan kunci terhadap berhasil tidaknya PENAS karena disamping untuk memperkenalkan PENAS, manfaat yang diperoleh dan yang terpenting akan berdampak terhadap respon dan partisipasi publik baik saat hari H maupun pemondokan peserta. Menyadari hal ini, Pemerintah telah malakukan kegiatan promosi sejak awal tahun 2016 dan hingga kini masih berlangsung. Agar berhasil secara optimal, (1)promosi dilakukan dengan konsep yang matang, menyampaikan “pesan” bahwa PENAS bukan even hura-hura dan berdampak sangat positif, (2) menggunakan media bervariasi (elektronik, cetak, website, online dan medsos). (3)Promosi juga dilakukan di bebagai even lainnya baik berskala lokal, nasional dan internasional dan (4) menyiapkan sistem informasi/ komunikasi selama berlangsungnya acara melalui Media Center di Stadion dan remote area untuk memudahlan publikasi dan pelayanan bagi para peserta.

Renovasi Tempat Utama (Stadion Harapan Bangsa), Banda Aceh yang akan menjadi lokasi utama PENAS tahun 2017 kini terus dilakukan. Sejumlah bagian stadion berkapasitas 40 ribu penonton dirombak total. Begitu juga dengan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, jembatan dan lokasi gelar teknologi terus dilakukan dan ditargetkan selesai akhir tahun ini.
Pelaksanaan Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (PEDA). Sebagai bagian dari komitmen yang dianggap miniatur Penas, Pemerintah Aceh telah sukses melaksanakan Peda dari Tanggal 22-27 Juli 2016. Selain sebagai ajang pembangunan pertanian khususnya untuk mempersiapkan petani nelayan lokal yang akan tampil di ajang PENAS, keberhasilan dan evaluasi Peda secara umum akan menjadi rujukan untuk menyukseskan Penas nantinya.
Mempersiapkan akomodasi & Pemondokan tamu dan peserta. Dilakukan dengan mendorong peningkatan kapasitas daya tampung fasilitas hotel/ penginapan sehingga mampu menampung sampai dengan 10.000 orang. Dilakukan sosialisasi hingga ke tingkat Desa dengan melibatkan unsur- unsur terkait termasuk perangkat Desa, tokoh masyaralat dan Ulama bekerjasam untuk mempersiapkan pemondokan rumah masyarakat bagi peserta Penas dengan daya tapung sampai dengan 40.000 peserta. Telah dilakuka pendataan, saat ini sedang dilakukan verifikasi dan validasi.
Menyiapkan sarana dan pra-sarana khusus pendukung Penas seperti infrastruktur jalan, jembatan baik dari Bandara ke lokasi pusat kegiatan maupun sarana publik dari dan menuju lokasi pemondokan, lokasi gelar teknologi, gedung pertemuan, posko-posko dan sebagainya.
Berbagai persiapan lanjutan yang kini sedang dan akan terus dilakukan hingga menjelang hari H. [Adv]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Dongkrak Perekonomian Aceh Lewat Proyek Strategis
Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf bersama Wakil Gubernur, Nova Iriansyah bersama Wali Nanggroe, Malek Mahmud Al-Haytar dan Ketua DPRA, Tgk Muharuddin menghadiri Silaturrahmi dan Rapat Koordinasi dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Selasa 11 Juli 2017.

Dongkrak Perekonomian Aceh Lewat Proyek Strategis