Deklarasi Senyap Tarmizi

Deklarasi Pasangan Tarmizi-Machsalmina (PM/Oviyandi Emnur)
Deklarasi Pasangan Tarmizi-Machsalmina (PM/Oviyandi Emnur)

Setelah menjalankan manuver senyap dalam menggaet partai pengusung, kali ini justru menampilkan deklarasi senyap yang mencoreng citranya di mata petinggi Parnas.

Partai politik pengusung Tarmizi Karim-Machsalmina Ali terkesan kurang sigap menggelar rapat akbar bertema “Kerja Membangun Aceh” di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Banda Aceh, Sabtu 30 September 2016. Hajatan yang digadang-gadang panitia mampu menghadirkan 30 ribu massa ini tak sesuai ekspektasi panitia.

Partai politik pengusung yang terdiri dari Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hati Nurani, Partai Amanat Nasional dan Persatuan Indonesia, terkesan tak solid.

Untunglah, kehadiran sejumlah petinggi partai pengusung yang datang dari Jakarta, membuat acara sedikit bergairah. Setidaknya, acara ini disorot oleh salah satu stasiun TV nasional. Namun, minimnya dukungan membuat para Ketum Parpol gusar dengan peluang kandidat yang mereka usung.

Bagaimana tidak, minimnya jumlah massa yang hadir menunjukkan dukungan masyarakat Aceh terhadap pasangan Tarmizi Abdul Karim–Teuku Machsalmina Ali masih kecil. Begitu pula dengan kehadiran tokoh nasional semestinya membuat kader maupun simpatisan partai membludak. Tokoh sekaliber Surya Paloh, siapa yang tidak kenal. Hampir seluruh orang Aceh mengenalnya. Namun, daya tarik Surya Paloh sepertinya kali ini tidak sebesar saat kampanye Pemilu Legislatif lalu.

Sejatinya, acara tersebut menjadi ajang yang tepat bagi Tarmizi Karim menujukkan “taringnya” di depan para petinggi partai pengusung. Deklarasi tersebut sebenarnya menjadi pertaruhan wajah Tarmizi di hadapan Setya Novanto, Surya Paloh, dan Romahurmuziy.

Lemahnya dukungan rakyat saat ini dinilai tidak sebanding dengan getolnya usaha Tarmizi dan Zaini Djalil (saat masih dipaketkan) dalam melobi para petinggi partai untuk memperoleh dukungan.

Enam partai pengusung, yakni Golkar, NasDem, PAN, PPP, PKPI dan Hanura juga dinilai belum solid. Hal ini menjadi kelemahan utama pasangan tersebut. Misalnya bagi kader Partai NasDem, kekecewaan mereka masih terasa setelah Zaini Djalil didepak dari posisi bakal calon wakil empat hari jelang pendaftaran. Begitu pula pesoalan di internal Golkar, PPP, PAN dan PKPI.

Namun, kelemahan pasangan ini yang terlihat saat deklarasi sejatinya menjadi momentum untuk melakukan langkah perbaikan. Jika tidak, pasangan ini akan semakin tertinggal dibanding dua pasangan lain yang juga diusung oleh partai politik. Untuk saat ini saja, lembaga surve masih menempatkan Tarmizi di bawah Muzakir Manaf-TA Khalid dan Irwandi Yusuf–Nova Iriansyah.

Dalam beberapa survei, Tarmizi Karim berada di posisi tiga, di bawah Irwandi dan dan Muzakir Manaf. Bahkan, hasil survei NasDem sendiri disebut-sebut elektabilitas Irwandi menacapai 34 persen, disusul Muzakir Manaf 21 persen dan Tarmizi Karim 18 persen.

Namun, menjelang pendaftaran pasangan calon, justru posisi Tarmizi semakin melemah. Hal ini tak bisa dihindari karena pergantian figur Cawagub yang mendampinginya. Terlebih, figur pengganti ternyata tidak membantu mendongkrak elektabilitas pasangan ini.

Peluang untuk menang di Pilkada Aceh 2017 memang masih terbuka bagi semua kandidat. Namun, Tarmizi harus bekerja ekstra keras kalau ingin memuluskan langkahnya menuju kursi Gubernur Aceh periode 2017-2022.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Persiraja Berjaya di Bontang
Persiraja Berjaya di Bontang

Persiraja Berjaya di Bontang