Zakaria Saman menjadi satu-satunya figur baru yang bertarung dalam suksesi pemilihan Gubernur Aceh periode 2017-2022. Akankah Apa Karya menjadi alternatif pilihan bagi rakyat Aceh yang menginginkan perubahan?
Hari pertama jadwal penyerahan salinan KTP bagi pasangan calon dari jalur perseorangan langsung menjadi kejutan, Rabu, 3 Agustus 2016. Mantan Menhan GAM, Zakaria Saman menyerahkan bukti KTP untuk syarat menjadi calon Gubernur Aceh ke Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh.
Pria yang akrab disapa Apa Karya ini berpasangan dengan Teuku Alaidinsyah. Bersama tim pemenangannya, ia membawa truk kontainer berukuran kecil. Di dalamnya berisi fotokopi KTP milik warga. Diketahui, ada 94 kotak berisi lembaran fotocopi KTP yang mereka boyong.
Sesuai dengan Pengumuman KIP Aceh bernomor 16/KIP-Aceh/VII/2016 Tanggal 20 Juli 2016, disebutkan bahwa penyerahan dokumen dukungan dibuka 3-7 Agustus 2016, pukul 08.00-16.00 WIB.
Apa Karya yang didampingi pasangannya T Alaidinsyah serta tim sukses tiba di kantor KIP Aceh pukul 09.00 WIB dengan membawa satu truk lembaran fotocopi KTP dukungan. “Hari ini saya menyerahkan KTP sebagai syarat dukungan. Saya mencalonkan diri untuk bekerja demi Aceh,” ujar Zakaria.
Dukungan diserahkan kepada Sekretaris KIP Aceh Darmansyah yang selanjutnya diserahkan kepada Ketua KIP Aceh Ridwan Hadi. Hasil verifikasi, kata Ridwan, akan disampaikan kembali ke pasangan tersebut. Jika ada yang kurang, mereka diminta untuk melengkapi.
“Kita akan menghitung seluruh jumlah lembaran foto KTP. Kami akan melakukan verifikasi ini dengan transparan,” ujar Ridwan Hadi.
Ketua Tim Pemenangan Zakaria-Alaidinsyah, Ishak Yusuf mengatakan dokumen yang dibawa itu adalah bukti fotokopi KTP masyarakat. “Jumlahnya melebihi yang disyaratkan karena lebih dari 3 persen jumlah penduduk Aceh. Syarat lainnya menyusul,” katanya.
Sesuai dengan ketentuan KIP Aceh, calon gubernur dari jalur independen atau perseorangan wajib menyerahkan dukungan sebanyak 3 persen dari jumlah penduduk. Angka itu setara dengan 153.045 lembar fotokopi KTP.
Mantan Tuha Peut Partai Aceh ini menuturkan, pihaknya paling banyak mengumpulkan KTP dari Kabupaten Pidie. Jumlahnya mencapai 30 ribu jiwa yang terkumpul KTP. Selain bercerita tentang kinerja pendukungnya dalam mengumpulkan KTP, Apa Karya juga mengisahkan tentang perjuangannya selama puluhan tahun bersama GAM.
Ia sempat terisak saat menceritakan tentang kondisi Aceh saat ini. Menurutnya, setelah hampir 11 tahun damai bersemi di Aceh, kondisinya belum berubah.
Selama dua periode paska MoU Helsinki, lanjut dia, Aceh dipimpin oleh bekas kombatan GAM. Namun, selama itu para pemimpin Aceh belum sanggup menuntaskan berbagai permasalahan, seperti masalah ekonomi, kesulitan listrik di Aceh dan hal lainnya.
Apa Karya menuturkan, pada masa pembentukan partai lokal di Aceh yang kemudian diberi nama Partai Aceh, dirinya dan Yusuf Kalla yang saat itu menjabat wakil presiden cukup berperan. Namun, menutut dia, Partai Aceh saat ini bukan lagi persatuan Aceh, melainkan peunget Aceh atau penipu Aceh.
“Saat itu, saya jam satu malam diskusi dengan Jusuf Kalla, membahas masalah partai lokal. Tapi, sekarang apa jadinya? Partai peungeut awak Aceh,” ujar Zakaria dengan raut muka kecewa.
Zakaria menyebutkan, saat ini dirinya mencalonkan diri sebagai calon gubernur bukan semata-mata mengejar materi, namun untuk masyarakat Aceh. Karena, tegas dia, menjadi Gubernur Aceh itu tidak mudah, tapi memiliki tanggung jawab besar untuk masyarakat Aceh.
“Saya tidak pernah minta proyek sama gubernur, saya tidak pernah minta uang sama gubernur. Jadi saya tidak mengejar untuk itu,” tutup Zakaria.[]
Belum ada komentar