Perburuan kursi Gubernur Aceh semakin memanas. Dalam hitungan menit, berbagai kejutan dipertontonkan para kandidat.
Pilkada Aceh 2017 memasuki tahapan krusial. Dalam sepekan terakhir, berbagai kejutan terjadi. Dimulai langkah Sayed Mustafa Usab yang mundur dari Ketua Tim Pemenangan Zaini Abdullah-Nasaruddin. Ia tampil sebagai calon Wakil Gubernur Aceh yang bakal mendampingi Abdullah Puteh di jalur perseorangan.
Disusul pasangan calon gubernur/wakil gubernur Zakaria Saman/Teuku Alaidinsyah yang menyerahkan bukti dukungan ke KIP Aceh. Ini juga bisa disebut kejutan. Banyak pihak sempat menduga, Apa Karya—sebuatan akrab Zakaria Saman—tak serius untuk maju sebagai Cagub Aceh periode 2017-2022. Bahkan, dalam beberapa poling media dan survei Parpol, nama Zakaria Saman malah tak masuk hitungan. Apalagi jika dilihat dari unsur kedaerahan, Pidie sudah diwakili oleh Zaini Abdullah.
Kejutan berikutnya dipertontonkan Irwandi Yusuf yang resmi didukung Partai Demokrat. Padahal, mantan gubernur pertama di Indonesia yang terpilih dari jalur independen ini sudah mengintruksikan relawannya mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat untuk maju melalui jalur independen. Namun, Dewan Pimpinan Partai (DPP) Partai Demokrat akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu. Irwandi bakal ditemani Ketua DPD Partai Demokrat Aceh Nova Iriansyah untuk bertarung dalam Pilgub mendatang.
Kejutan lain diprediksi masih terjadi. Hingga Sabtu, 6 Agustus 2016, baru dua pasangan calon perseorangan yang menyerahkan syarat dukungan, yakni Zakaria Saman/ Teuku Alaidinsyah dan Abdullah Puteh/Sayed Mustafa. Sementara Zaini-Nasaruddin menyerahkan dukungan pada Minggu, 7 Agustus 2017.
Sedangkan Tarmizi Karim hingga kini belum memiliki kepastian partai pengusung. Namun, peluang Tarmizi Karim tak bisa dianggap enteng. Meski belum resmi memperoleh dukungan partai nasional, tetapi Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang punya kursi di Parlemen Aceh seperti Partai NasDem, Golkar, PPP dan PAN nampaknya bakal mendukung Tarmizi Karim.
Di sisi lain, suksesi pemilihan Gubernur Aceh periode mendatang masih akan dihiasi muka lama. Hampir semua calon yang meuncul adalah mantan pemimpin Aceh. Dari enam kandidat gubernur, lima di antaranya adalah figur yang pernah menduduki jabatan penting di Pemerintahan Aceh. Abdullah Puteh (Gubernur Aceh 2000-2004), Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh 2007-2017), Tarmizi Karim (Pj Gubernur Aceh 2012), Zaini Abdullah (Gubernur Aceh 2012-sekarang), dan Muzakir Manaf (Wagub Aceh 2012-sekarang). Hanya Zakaria Saman yang notabenenya bekas Menteri Pertahanan dalam struktur organisasi GAM yang belum pernah mendapat posisi di pemerintahan.
Munculnya para calon yang kini tengah menjabat maupun yang pernah memegang tampuk pimpinan di Aceh, membuat Pilkada Aceh akan menjadi ajang reuni bagi mereka. Di satu sisi lebih memudahkan calon pemilih dalam mengevaluasi sepak-terjang mereka, sehingga tidak terkesan membeli kucing dalam karung.
Namun, di sisi lain membuktikan Aceh tidak memiliki regenerasi kepemimpinan. Fenomena ini menunjukkan kegagalan kaderisasi Parpol, baik lokal maupun nasional, dalam mencetak kader politik yang populer dan dipercaya rakyat.
Terlepas dari itu, kejutan demi kejutan dipastikan masih akan terjadi menjelang suksesi pergantian kepemimpinan di Aceh. Tidak saja persaiangan antar pasangan kandidat, tapi pergolakan di masyarakat diprediksi akan meletup-letup seiring mendekatnya pemungutan suara, 15 Februari 2017.[]
Belum ada komentar