Kemelut Sampah di Perbatasan Kota

Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan. (Foto Ghasyia MZ)
Kemelut Sampah di Perbatasan Kota

Persolaan sampah di pinggigiran kota terkesan diabaikan. Pemkab Aceh Besar dan Pemko Banda Aceh hanya saling menyalahkan.

Puluhan jenis sampah berserakan. Mulai dari kantong plastik, botol minuman, ampas tebu, popok anak-anak, hingga limbah dapur dibiarkan terburai begitu saja. Bercampur baur dengan bakteri pengurai dan belatung penikmat limbah.

Akibatnya, bau busuk pun kian menyeruak dari sampah yang menindih trotoar Jalan Cut Nyak Dhien, Gampong Ajun Laksamana, Peukan Bada, Aceh Besar. Sekilas terbayang bak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disesaki sampah busuk ibukota.

Miris. Padahal di sampingnya, dua tong kuning lusuh seukuran bak dump truk sudah tersedia sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Tetap saja, beberapa pengendara motor nekat melempar bungkusannya sembari berlalu. Akibatnya, sampah mulai berserakan hingga badan jalan. Tak hanya mengganggu pengguna jalan, bau busuk dari berbagai jenis sampah itu pun sangat merisaukan pedagang di sepanjang jalan tersebut.  

“Sampah itu sangat mengganggu aktivitas kami di sini, suami saya sudah sering menyarankan kepada petugas kebersihan agar dipindahkan,” tutur Mardiana, pedagang di kawasan tersebut, Rabu (27/4/2016).

Ia mengatakan tumpukan sampah tersebut sudah ada sejak ia membuka kiosnya pada 2007. Namun pada 2012, lanjutnya, tong sampah tersebut sempat dipindahkan oleh Badan Lingkungan Hidup Pertamanan dan Kebersihan (BLHPK) Aceh Besar akibat satu kecelakaan maut yang merenggut nyawa seorang pelajar SMA. Korban meninggal di tempat akibat menabrak salah satu tong yang diletakkan di atas badan jalan.

“Sejak dipindahkan sampah semakin banyak dan menggunung. Bahkan untuk dipindahkan (ke TPA) harus menggunakan beberapa mobil besar, tapi beberapa saat yang lalu sudah ditaruh lagi tongnya, sampah pun semakin parah,” kata dia sembari mengarahkan pandangannya ke lokasi sampah di seberang kiosnya.

Keuchik Gampong Ajun Laksamana, Hasyim (50), mengatakan pihaknya sudah sering berkonsultasi dengan beberapa pihak, terkait sampah tersebut. Namun, permasalahan itu tidak kunjung berakhir.

“Saya sudah bosan dengan sampah itu. Selalu saya ngomong dengan kepala daerah dan kepala BLHPK agar menambahkan armadanya. Karena kalau sudah ditambahkan dan mereka bekerja dua kali sehari pasti sampahnya tidak akan menumpuk seperti itu,” ujar Hasyim.

Selama ini, menurut Hasyim, hanya ada satu armada yang bertugas mengangkut sampah hingga ke TPA. Hal tersebut sangat tidak seimbang dengan jumlah sampah yang tidak hanya berasal dari warga sekitar Ajun, melainkan beberapa warga Kota Banda Aceh juga ikut menyumbang sampah ke wilayah Aceh Besar tersebut.

Ia berharap agar segera ada solusi dari pihak yang berwenang untuk permasalahan sampah yang kerap menjadi sorotan publik dan media tersebut.

Saat dihubungi Pikiran Merdeka, Kepala BLHPK Aceh Besar, Muhammad Abduh, mengaku sedang mengupayakan solusi penanganan sampah di beberapa tempat yang berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh. Rencananya, dengan menambahakan armada kebersihan dan menjalankan program TPS 3R (reuse, reduce, recycle/menggunakan, mengurangi, mendaur-ulang).  

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait