Aceh Sangat Terbuka untuk Berinvestasi

Potensi Investasi di Perikanan Aceh
Potensi Investasi di Perikanan Aceh. (Foto Ist)

Sebagai daerah yang terus membangun pasca konflik berkepanjangan dan bencana tsunami, Aceh sangat terbuka untuk berinvestasi. Sejumlah investor, baik nasional maupun manca negara pun sudah diundang untuk berinvestasi pada sejumlah sektor unggulan di Aceh, agar perekonomian daerah berjuluk Serambi Mekah ini terus berkembang.

Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah saat menerima kunjungan Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional Ir Zulnahar Usman di Meuligoe Gubernuran, Rabu (27/4/2016) pagi.

Dalam kesempatan itu, Zulnahar Usman tidak datang sendirian. Putra asli Aceh yang baru saja diitunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional itu membawa serta sejumlah investor asal Tiongkok dan Singapura.

“Saya sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak Zul (Zulnahar Usman) bersama sejumlah rombongan investor asal Tiongkok dan Singapura hari ini. Banyak sektor yang dapat dikembangkan di Aceh, jadi silahkan bapak mendengarkan sejumlah pemaparan dari para Kepala Dinas terkait dan terjun langsung ke lapangan,” ujar Gubernur Zaini Abdullah.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Aceh didampingi oleh Asisten II, Asisten III, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Kepala Bapedal Aceh, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh serta Kepala Biro Humas Setda Aceh.

Potensi Perikanan Aceh

Dalam kesempatan tersebut, Diauddin selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh menjelaskan, panjangnya garis pantai dan luas lautan Aceh menyimpan potensi perikanan yang sangat menjanjikan.

“Potensi perikanan tangkap Aceh per tahun itu mencapai 180 ribu ton. Saat ini Aceh juga telah memiliki Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo yang memiliki luas menjapai 60 hektar. Selain di Lampulo juga terdapat di Aceh Timur, Simeulue, Pulau Banyak  serta sejumlah daerah lainnya,” terang Diauddin.

Setelah ditetapkan sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera, maka Lampulo dapat langsung mengekpsor hasil perikanannya, baik dalam bentuk mentah maupun olahan.

Diauddin menambahkan, permasalahan yang terjadi di Aceh saat ini adalah alat tangkap yang masih minim dan butuh dimodernisasikan. Selain itu, minimnya sejumlah fasilitas juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan masyarakat yang berlimpah.

“Potensi perikanan di Aceh di antaranya tuna, tenggiri, cakalang dencis, tongkol dan lain sebagainya. Namun kita juga masih memiliki kendala dengan cold storage dan pabrik es serta industri pengolahan ikan. Oleh karena itu, kami undang Anda semua untuk berinvestasi di bidang tersebut,” lanjut Diauddin.

Kadis DKP itu menambahkan, sektor perikanan budidaya air payau Aceh juga sangat menjanjikan. Saat ini sudah ada sekitar 54 hektar yang terdiri atas budidaya udang windu, bandeng dan beberapa jenis ikan lainnya.

Sedangkan perikanan air tawar, sambung Diauddin, saat ini terdapat sekitar 45 ribu hektar, untuk perikanan air tawar, yang banyak dilirik masyarakat adalah nila, ikan mas, gurami dan sidat. Untuk sidat, Aceh memiliki potensi bibit yang sangat baik.

“Selain potensi tersebut, Aceh juga memiliki potensi bidang kelautan lainnya, yaitu lobster. Namun masih tradisionalnya sejumlah perlatan masyarakat mengakibatkan potensi ini tidak tergarap maksimal.”

Industri Perikanan Terpadu

Sementara itu, Zulnahar Usman dalam kesempatan tersebut mengemukakan, bahwa dirinya merasa prihatin, karena pasca bencana tsunami, Aceh belum memiliki industri perikanan terpadu seperti masa sebelum tsunami.

“Pasca mendapat tanggungjawab dari Bapak Presiden, saya langsung mengarahkan sejumlah investor bidang kelautan ke Aceh ini. Saat ini, mereka banyak yang berinvestasi di Malaysia, China dan Singapura,” terang pria yang akrab disapa Zul ini.

Zulnahar menambahkan, selain berinvestasi bidang kelautan, para investor yang terdiri atas Lie Ang (Tiongkok), Teo (Tiongkok), Teo (Singapura), A Kiang (Singapura), dan How (Beijing), juga berinvestasi di bidang copper powder isotop, tanaman herbal serta sektor energi.

“Di antara para investor ini ada juga yang bergerak di bidang energi. Nah, mengingat Aceh masih mengalami krisis energi, makanya saya arahkan ke Aceh karena potensii geothermal kita juga sangat mendukung,” tambah Zulnahar.

Usai pertemuan dengan Gubernur, Zulnahar Usman dan para investor didampingi sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh terkait melakukan kunjungan lapangan untuk melihat secara langsung berbagai potensi ekonomi bidang kelautan Aceh, terutama di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo.[adv]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait