Jaringan Masyarakat Kota: Perayaan 1 Muharram Harus Dikonsep Ulang

Jaringan Masyarakat Kota: Perayaan 1 Muharram Harus Dikonsep Ulang
Pawai pakaian di perayaan tahun baru 1 Muharram 1437 H di Banda Aceh.

PM, BANDA ACEH – Perayaan tahun baru 1 Muharram 1437 H di Banda Aceh dinilai menampilkan maksiat, seperti pawai busana yang terkesan tidak islami.

Sekretaris LSM Jaringan Masyarakat Kota, Muhammad Zikri, di Banda Aceh, (15/10/2015), mempertanyakan konsep acara Aceh History Exhibition di Taman Sari. Acaranya bertajuk pameran sejarah Aceh, namun di panggung utama malah menampilkan musik grup band umum, bukannya musik dan kesenian Aceh.

“Acara itu pun kurang diinformasi dan dipublikasikan sehingga mengakibat sepi pengunjung. Untuk perayaan hari besar Islam seperti 1 Muharram, kegiatan dalail khairat, membaca selawat-selawat, ceramah agama, lomba azan dan shalat berjamaah untuk kanak-kanak, dan berbagai kegiatan lain yang bernilai ibadah syar’ilah yang semestinya ditampilkan, ” kata laki-laki yang akrab disapa Zikri dalam siaran pressnya.

Jaringan Masyarakat Kota menilai perayaan hari besar Islam seperti 1 Muharram adalah program yang bagus dalam menyiarkan nilai-nilai Islam. Namun program tersebut, menurut Zikri harus dikonsep ulang dan dievaluasi.

“Jangan mencampuradukkan antara acara islami dengan musik dan fashon show. Jika program perayaan yang diusung bertemakan Islam, maka kegiatan-kegiatan bersifatlah Islamlah yang harus ditampilkan. Bukan kegiatan yang malah mencemarkan nilai Islam itu sendiri, seperti penampilan musik band dan parade pakaian yang tidak sesuai dengan tuntunan syar’i,” tegas Zikri.

Berbagai event perayaan yang dilakukan Pemko Banda Aceh selama ini, menurut Zikri, tidak profesional dan terkesan hanya asal-asalan. Menurutnya itu terkesan hanya untuk mengejar target program dan menghabiskan anggaran.

“Ini adalah pembodohan bagi masyarakat. Ke depannya Pemerintah harus profesional dalam mengusung program yang akan diselenggarakan. Dalam Penyelenggaraan program harus benar-benar diperhatikan, agar tujuan program yang dilaksanakan bisa tersampaikan. Selain itu, Pemerintah harus jeli dalam memilih penyelenggara kegiatan atau EO. Jika salah dalam memilih EO, ini malah akan menjelekkan citra Banda Aceh yang merupakan model kota madani dan juga kota tujuan wisata Islami ini,” ujar Zikri.

[PM005]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait