Berebut Kursi Rektor Unsyiah

Berebut Kursi Rektor Unsyiah
Berebut Kursi Rektor Unsyiah

Konstelasi persaingan semakin sengit menyongsong pemilihan Rektor Unsyiah periode 2018-2022. Profesor Samsul Rizal akan berjibaku dengan tiga doktor dalam suksesi kali ini. 

Rabu pekan lalu menjadi batas terakhir pendaftaran calon Rektor Universitas Syiah Kuala. Suksesi rektor ini menjadi menarik, mengingat Unsyiah kini menjadi salah satu kampus yang diperhitungkan di Indonesia. Dengan akreditasi A dan keberadaan Unsyiah makin disegani, kursi Rektor Unsyiah semakin seksi untuk diburu.

Sejak 20 Oktober 2017, panitia membuka pendaftaran itu. Panitia menyebar Surat Pernyataan Pencalonan Diri sebagai balon rektor ke semua faktultas di lingkungan Unsyiah. Hasilnya, hingga tenggat akhir pengembaliannya pada 22 November, ada empat orang yang sudah menyerahkan surat pernyataan tersebut dan memenuhi syarat menjadi bakal calon rektor.

Dari empat nama pendaftar, Dr Syahrul dari Fakultas Kedokteran adalah pendaftar pertama. Ia mendaftar pada Jumat (10/11) sekitar pukul 10.00 WIB. Kehadiran Syahrul bersama sejumlah kerabatnya diterima oleh Sekretaris Panitia Pemilihan Rektor Unsyiah, Dr Sofia SSi MSc bersama dua anggota panitia, Prof Dr Marwan SSi MSc dan Prof Dr Mustanir MSc.

Kedatangan Syahrul juga sudah ditunggu wartawan karena sebelumnya informasi pendaftaran itu sudah diberitahukan kepada awak media.
Calon lainnya adalah Dr Muhammad Adam. Ia menyerahkan berkas pendaftaran pada Jumat, 17 November lalu. Saat ini, dirinya tercatat menjabat Asisten Direktur II Pascasarjana Unsyiah juga sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi.

Di hari yang sama, Prof Samsul Rizal yang kini masih menjadi rektor juga ikut mendaftar diri. Pendaftaran guru besar dari Fakultas Teknik itu jauh dari hiruk pikuk. Tak ada pemberitaan media massa seperti pendaftaran Syahrul. Menurut salah seorang akademisi Unsyiah yang ikut menemani Samsul, Rektor Unsyiah itu tak ingin menjadi pusat perhatian sehingga tidak mengundang awak media.

“Menurut beliau, jabatan rektor bukan jabatan politik yang butuh publikasi,” ujar sumber yang menolak namanya ditulis.
Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Unsyiah, Dr nat techn Syafruddin SP MP menjadi pendaftar terakhir. Ia mendaftar pada Senin, 20 November 2017.

Kepala Humas Unsyiah, Husni Friady menuturkan, hingga ditutup pendaftaran, ada empat orang yang mendaftar. Meski begitu, pengumuman resmi siapa saja yang menjadi kontestan dalam suksesi rektor akan dipublis pada Senin, 28 Novemberr 2017.

Untuk hajatan tersebut, jauh-jauh haru sudah dibentuk Panita Pemilihan Rektor Unsyiah. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pimpinan Perguruan Tinggi.

Pengembalian berkas pendaftaran dilakukan beserta lampiran program kerja. Hal ini menjadi salah satu syarat mutlak dalam tahapan penjaringan. Pengumuman hasil penjaringan sendiri akan dilaksanakan pada 28 November, sesuai dengan Peraturan Senat Unsyiah, mengenai tata cara pemilihan calon rektor. Para calon juga diwajibkan memaparkan program kerja di hadapan senat.

Peraturan Senat Unsyiah Nomor 3 Tahun 2017 sudah ditetapkan pada 19 Oktober. Peraturan yang ditandatangani oleh Ketua Senat Unsyiah Prof Said Muhammad itu mengatur tentang tata cara pemilihan Rektor Unsyiah periode 2018-2022.

Merujuk aturan tersebut, dijelaskan bahwa tepat dua bulan sebelum berakhirnya masa jabatan rektor priode 2013-2018, akan dilaksanan Rapat Senat dalam rangka menyaring Bakal Calon Rektor, lewat penyampaian visi misi.

Selanjutnya, Ketua Senat akan mengumumkan empat Bakal Calon Rektor yang akan mengikuti pemilihan resmi yang langsung dihadiri oleh seluruh anggota Senat dan Menristekdikti. Pemilihan tersebut diselenggarakan pada pekan kedua hingga akhir bulan Januari, sesuai dengan jadwal Menteri dan Kuasa Menteri.

Dalam surat yang diteken Said Muhammad itu dijelaskan, para pemilih yang dapat memberikan suara dalam pemilihan calon rektor tersebut adalah Dewan Senat Unsyiah dan Menteri atau Kuasa Menteri. Sebanyak 65 persen hak suara berada di tangan Senat, sedangkan 35 persen lainnya berada di tangan menteri.

Ketua Senat Unsyiah Prof Said Muhammad menjelaskan, ada 81 orang anggota senat yang yang berhak memilih. “Mereka ditetapkan melalui keputusan senat,” kata dia kepada Pikiran Merdeka, Sabtu 25 November 2017.

Selama proses pemilihan, lanjut dia, akan ada dua tahapan penjaringan, yakni pada 28 November dan 5 Desember 2017. “Pada 28 November juga digelar rapat senat guna mengumumkan para Balon Rektor Unsyiah yang memenuhi syarat,” katanya.

NUANSA PERSAINGAN
Gairah persaingan menyongsong pemilihan rektor belakangan semakin terasa di lingkungan Unsyiah. Hal ini diakui Prof Jufri. Menurut Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini, seluruh calon yang mendaftar memiliki peluang sama besar dalam pemilihan mendatang.

“Saya kira semua putra terbaik Unsyiah sudah diberi peluang. Semua dosen terbaik berpeluang. Saya dengar sudah ada empat kandidat. Tapi saya tak tahu betul siapa saja orangnya. Tinggal proses lebih lanjut, dikarenakan pemilihan rektor ada kaitannya dengan suara menteri,” ujar Jufri kepada Pikiran Merdeka, Jumat pekan lalu.

Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Hukum, Prof Ilyas. Menurut guru besar ini, saat ini Unsyiah mengalami perkembangan yang signifikan. Untuk itu, ia mengharapkan pemimpin Unysiah ke depan dapat membawa kampus kebanggan masyarakat Aceh ini menjadi semakin baik.

“Dilihat dari perkembangan institusinya, menurut hemat saya sudah jauh lebih baik. Bisa saya sebut luar biasa. Kita berharap, siapapun yang terpilih nanti, apa saja pencapaian sejauh ini, harus dipertahankan. Kekurangan di sana-sini harus sigap diperbaiki bersama. Sehingga, Unsyiah makin maju dan bisa menyaingi perguruan tinggi di Pulau Jawa,” tutur Ilyas.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Unsyiah, Rachmad Faisyal mengharapkan proses pemilihan rektor dapat berjalan lancar. Ia meminta semua kandidat tidak menjatuhkan lawan dengan cara yang tidak bijaksana dan saling menuding.

“Patut disadari, Unsyiah menjadi bagian paling sakral dalam berkembang peradaban di Aceh. Unsyiah menjadi motor untuk meningkatkan intelektual masyarakat Aceh. Karena itu, jangan sampai terjadi persaingan tidak sehat dalam pemilihan rektor kali ini. Jangan ada yang mengorbankan nilai-nilai penting dari tujuan suatu universitas,” pesan Faisyal.

Ia menilai, kondisi Unsyiah sekarang sudah lebih baik. Terbukti dengan pembangunan beberapa infrastruktur penunjang perkuliahan, termasuk pengembangan fasilitas rumah sakit prince naif. “Pelayanan akademik juga tidak banyak bermasalah seperti yang dirasakan mahasiswa dulu,” katanya.

Palang membanggakan, saat ini Unsyiah telah menjadi universitas yang berakreditasi A. “Sejauh ini hanya dua universitas yang memiliki akreditasi A di Pulau Sumatera. Satu di antaranya, ya Unsyiah,” ungkapnya.

Sebagai representasi mahasiswa Unsyiah, Faisyal punya mimpi kampus itu menjadi bagian 10 besar universitas top di Indonesia dan menjadi pelopor untuk universitas yang ada di Sumatera.
Kepada rektor terpilih nantinya, ia berharap dapat melanjutkan program rektor sebelumnya yang dianggap baik, guna menjadi landasan dalam membangun Unsyiah lebih baik lagi di masa mendatang. “Harapan terbesar saya ialah rektor ke depan dapat memberi keputusan agar semua mahasiswa Unsyiah terdaftar dalam asuransi JKN,” katanya.

Hal itu dinilai penting mengingat mahasiswa Unsyiah bukan hanya dari kalangan masyarakat Aceh, namun sudah lama ada mahasiswa yang berasal dari Padang, Jawa, bahkan Papua. “Jadi, kemaslahatan mereka terjaga selama menjadi mahasiswa Unsyiah,” pungkas Faisyal.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait