Petinggi PA Kompak Tutup Mulut

Petinggi PA Kompak Tutup Mulut
Petinggi PA Kompak Tutup Mulut

Menyangkut usulan pergantian Ketua DPRA, para petinggi PA sepakat menolak memberikan klarifikasi.

Meski hampir seminggu surat itu bocor ke publik, namun tak ada penjelasan resmi dari Dewan Pimpinan Aceh (DPA) Partai Aceh. Berbeda dengan saat pergantian Ketua Fraksi PA dan reposisi alat kelengakapan dewan yang berasal dari PA beberapa waktu lalu, kali ini pengurus PA seirama menolak berkomentar.

Baca: Menggulingkan Muharuddin

Ketua DPA PA Muzakir Manaf yang dihubungi Pikiran Merdeka, Jumat Malam pekan lalu, awalnya bersedia diwawancara. Namun begitu disampaikan tema wawancara perihal pergantian tersebut, ia langsung menutup telepon.

“Hana komen soal nyan, hana komen,” ujar pria yang akrab disapa Mualem ini dalam bahasa Aceh. Ia lalu memutus panggilan telepon.
Begitu pula dengan Kamaruddin Abubakar. Pria yang biasa dipanggil Abu Razak ini tak menjawab panggilan ke ponselnya. Ia hanya membalas singkat pertanyaan Pikiran Merdeka terhadap nasib surat usulan pergantian Ketua DPRA yang kini sudah di tangan Mualem.

“Semua aman-aman saja,” jawabnya singkat melalui pesan WhatsApp.
Ia tak merinci maksud jawaban tersebut. Bahkan tak menjawab lagi saat ditanyakan apakah surat tersebut akan diproses atau ditolak oleh DPA Partai Aceh.

Hal serupa juga dilakukan Jubir PA, Adi Laweung. Upaya menemui Adi Laweung tak berhasil. Ia juga tak mengangkat panggilan ke ponselnya. Tak seperti biasa, Adi Laweung yang biasanya merespon cepat setiap pertanyaan media, kali ini justru mengabaikannya. Pesan melalui WhatsApp tak bersedia dijawab Adi, meskipun ia diketahui sudah membaca pesan tersebut.

PEREBUTAN KURSI KETUA
Flasback ke belakang, upaya “kudeta” Muharuddin kali ini mengingatkan publik kepada proses dirinya terpilih menjadi Ketua DPRA pada 2014 silam. Posisi itu diperoleh Muharuddin lewat fenomena unik kala itu. Bagaimana tidak, dua kader PA, Muharuddin dan Kamaruddin Abubakar alias Nek Tu terlibat perseteruan terbuka memperebutkan kursi Ketua DPRA.

Bahkan, Sidang Paripurna Khusus DPRA terkait usulan penetapan pimpinan definitif dan pembentukan fraksi-fraksi dewan sempat kisruh yang berujung perkelahian. Malam itu, Senin (9/12/2014), ruang sidang utama DPR Aceh berubah menjadi arena pertarungan. Terlihat aksi pemukulan, pengrusakan, dan caci maki.

Kericuhan memuncak setelah beberpa orang bercelana pendek menyerbu masuk dan menyerang meja pimpinan sementara yang waktu itu sedang memimpin sidang. Sidang tersebut dipimpin Ketua Sementara DPRA, Muharuddin didampingi Wakil Ketua Sementara Drs Sulaiman Abda.

Permasalahan mulai muncul saat memasuki agenda usulan penetapan calon pimpinan definitif DPRA. Tiba-tiba, Nek Tu menginterupsi jalannya sidang. Ia membacakan dukungan yang diberikan sejumlah Pengurus DPW PA kepadanya untuk menjadi pimpinan definitif DPRA dalam sidang penetapan pimpinan definitif.

Kala itu, Nek Tu sudah membacakan dukungan yang ke-8 yaitu dari DPW PA Aceh Besar, langsung disela oleh Muharuddin dengan alasan apa yang disampaikan Ridwan Abubakar atau Nek Tu adalah urusan internal PA. Muharuddin meminta Ridwan Abubakar menyetop pembacaan dukungan untuk dirinya.

Anggota DPRA dari Dapil Aceh Timur ini tak bisa menerima permintaan Muharuddin agar dia menghentikan pembacaan dukungan. Nek Tu tersulut emosi dan membalikkan mejanya hingga menghancurkan kaca pelapis dan menghamburkan barang-barang yang ada di atasnya.

Nek Tu menuju ke depan ruang sidang meminta Muharuddin selaku pimpinan sidang menunda sidang usulan penetapan pimpinan definitif DPRA.
Sempat terjadi perdebatan antara Nek Tu dengan Muharuddin. Anggota dewan lainnya ada yang langsung meninggalkan ruang sidang dan ada pula yang tetap bertahan mengikuti ‘drama’ yang menegangkan itu.

Saat suasana semakin panas, tiba-tiba sejumlah orang berpakaian preman menerobos ke dalam ruangan. Mereka langsung berdiri di samping Nek Tu yang sedang berdebat dengan Muharuddin.
Seorang laki-laki berbadan tegap berkaos biru sempat menyerang dan meninju meja pimpinan sidang dan kemudian melompat-lompat menyerang siapa saja yang coba-coba menghalangi. Ia juga terus memaki Muharuddin dalam bahasa ibu.

Kericuhan akhirnya berhasil diredam setelah aparat keamanan DPRA menarik para pendukung Ridwan Abubakar yang sedang emosi ke luar ruang sidang.[]

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

TNI Jangan Takut saat Pemilu
Dandim 0110 Abdya Letkol Arm E Dwi Karyono AS memberi arahan. (Foto Syahrizal/Pikiran Merdeka)

TNI Jangan Takut saat Pemilu