Izin lingkungan memuluskan pendirian pabrik semen di bentang alam karst Tamiang. Sumber mata air diprediksi bakal rusak, ekosistem akan terganggu.
Alex Mahmuddin mendekatkan ujung botol bekas air mineral ukuran sedang ke ujung sebuah stalaktit yang menjuntai di atas kepalanya. Hanya beberapa detik, seperti membuka keran, air meluncur ke dalam botol. Dari sorotan lampu senter yang bertengger di helm Alex, air itu terlihat jernih.
Air yang ditampung tersebut berasal dari dinding dalam Gua Sarang Burung. Gua ini berada di Perbukitan Karang Putih di kawasan formasi batu gamping Kaloy. Kawasan ini berada di dalam kawasan Karst Kaloy. Nama Kaloy—ada juga yang menyebut Kaloi—diambil dari nama dusun terdekat ke gua itu: Dusun Kaloy. Dusun ini berada di Kampung Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang.
Alex datang ke lokasi tersebut pada Juli tahun lalu ditemani beberapa rekannya dari Indonesia Speleologi Society atau ISS dan KEMPRa. Walau tempat itu memang indah, tapi kedatangan mereka bukan untuk tetirah. Mereka sedang melakukan penelitian speleologi di kawasan Karst Kaloy.
Ada dua hal yang ditelisik dalam ekspedisi itu, kondisi geohidrologi dan ekowisata. Berbekal beberapa peta, salah satunya Peta Geologi Lembar Langsa, mereka ingin membuktikan Formasi Batu Gamping Kaloy memiliki kriteria sebagai Kawasan Bentang Alam Karst atau KBAK sesuai Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2012.
Penelitian tersebut dilakukan karena potensi karst Kaloy yang harusnya dilindungi kini terancam oleh rencana pendirian pabrik semen di kawasan tersebut. Bupati Aceh Tamiang Hamdan Sati mengeluarkan keputusan nomor 541 tahun 2016 tentang izin lingkungan rencana kegiatan industri semen untuk PT Tripa Semen Aceh (TSA). Jika jadi berproduksi, pabrik itu diklaim mampu menghasilkan 10 ribu ton per hari klinker, bahan utama pembuatan semen. Luas area pabrik dan penambangan mencapai 2.549,2 hektare.
Izin lingkungan dikeluarkan Hamdan Sati saat menjabat sebagai Bupati Tamiang. Kini ia mencalonkan diri lagi sebagai Bupati Aceh Tamiang dalam Pilkada 2017.
KAWASAN KARST
Dari hasil penelitian, tim menemukan Wilayah Izin Usaha Pertambangan atau WIUP PT TSA berada di atas kawasan karst. Berdasarkan WIUP eksplorasi PT TSA yang dikeluarkan Bupati Aceh Tamiang pada 2014, area eksplorasi meliputi tiga blok: pasir kuarsa, batu gamping dan lempung. Jika dilihat dari peta, blok batu gamping merupakan area terbesar. Blok ini hampir seluruhnya masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tamiang.
Ketiga blok yang masuk ke dalam WIUP itu, termasuk lokasi pabrik, juga berada dalam bentang Kawasan Ekosistem Leuser atau KEL. Wilayah Aceh Tamiang yang masuk ke dalam kawasan KEL sekitar 88 ribu hektare. Area ini membentang di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari barat daya hingga barat laut.
Baca: Gugatan Walhi Ditolak PTUN
Karst Kaloy yang diteliti tim berada di dalam Blok Batu Gamping. Formasi bebatuan ini berada di perbukitan Alur Gajah dan Karang Putih. Di lokasi, tim menemukan sumber mata air yang keluar dari celah bebatuan, telaga karst, gua, ponour atau lubang resapan air dan beberapa jejak satwa.
Sebagai penanda kawasan karst, ditemukan juga sebuah bukit yang mengerucut akibat proses karstifikasi. Warga lokal menyebutnya Bukit Sarang Burung karena dihuni walet. Bukit ini menjadi penyangga sistem sungai bawah tanah yang mengalir dalam Gua Sarang Burung.
Perbukitan Alur Gajah dan Karang Putih mengandung formasi batuan bampo berumur oligosen. Oligosen merupakan sistem umur batuan berdasarkan material penyusunnya. Di dalam Geologi, rentang waktu oligosen sekitar 34 hingga 23 juta tahun lalu. Bebatuan ini terdiri dari batu lumpur hitam, pirit, batu pasir dan batu lanau. Sementara di bawahnya, terendapkan formasi bruksak yang disusun oleh batu pasir gampingan dan mikaan, konglomerat serta sedikit lapisan batubara berumur oligosen. Formasi bampo dan bruksak itu tersebar di sisi utara Karang Putih dan tenggara Alur Gajah.
Lalu di bawah bruksak, ada formasi batu gamping. Formasi ini disusun oleh batu gamping pejal, serpih, dan batu pasir berumur trias. “Banyak ditemukan rekahan-rekahan menyebar di batu gamping yang merupakan cikal bakal pembentukan sistem perguaan dan jaringan sungai bawah tanah,” ujar Petrasa Wacana, peneliti ISS yang juga Koordinator Advokasi, Kampanye dan Konservasi Masyarakat Speleologi Indonesia. Kawasan Karst Kaloy, tambah Petrasa, didominasi batu gamping berlapis. Karst di tempat itu termasuk kriteria muda – dewasa.
Dari tangkapan citra satelit melalui Google Earth, di lembah Bukit Tanah Rata di sisi barat Karang Putih, tim melihat adanya cekungan atau dolina. Bentuknya berupa lembah memanjang. Dolina merupakan ciri khas kawasan karst. Di sekitar tempat itu, ditemukan beberapa aliran air yang muncul ke permukaan.
Di wilayah Bukit Tanah Rata, tim merekam foto penampakan lapies yakni permukaan terbuka berpenampang kasar berbentuk lubang-lubang dan runcing. “Lapies ini membuktikan batu gamping sudah mengalami proses karstifikasi,” ujar Oki. Sebagian lapies berada di dalam lahan yang kini menjadi kebun warga sekitar.
Selain itu, kata Petrasa, di kawasan karst Kaloy ada banyak gua yang memiliki jaringan sungai bawah tanah. Contohnya, satu dari dua mulut Gua Sarang Burung menjadi tempat keluarnya aliran sungai bawah tanah. “Gua Sarang Burung merupakan gua aktif yang dibentuk oleh penjajaran rekahan. Ini dapat ditunjukkan dengan bentuk lorong yang membentuk rekahan memanjang dan saling tegak lurus arah lorong,” ujarnya.
Penyebutan Gua Sarang Burung ada dua versi. Dinas Pertambangan setempat menyebutnya Gua Kubin. Namun, keterangan warga sekitar yang diwawancarai peneliti, gua itu dilakapkan dengan nama Sarang Burung.
Di barat laut Karang Putih, ditemukan sebuah gua berbentuk sumur berdiameter 10 meter. Gua ini, kata Oki, adalah ponour tempat masuknya air ke bawah permukaan saat hujan.
Adapun di timur perbukitan tersebut tim melihat empat sumber mata air keluar dari celah bebatuan. Di arah yang sama, juga ditemukan dua telaga karst pada ketinggian 388 dan 166 meter dari permukaan laut.
Baca: Cerita Amdal Buruk Rupa
Di perbukitan Alur Gajah juga ditemukan tiga gua bernama Sarang Kambing. Disebut Gua Sarang Kambing karena di dalam setiap gua ditemukan jejak-jejak kaki dan sarang kambing hutan. Gua ini berbentuk horizontal dan tidak memiliki sungai bawah tanah.
Selain jejak kambing hutan, gua-gua tersebut juga dihuni kelelawar jenis Rhinolopus. Biota ini, kata Petrasa, sanggup memakan serangga hingga empat kali lipat dari berat tubuhnya. Kelelawar Rhinolopus sanggup menjelajah hingga radius 20 kilometer. “Kelelawar ini berfungsi sebagai pengontrol populasi hama dan penyerbuk tanaman sepanjang wilayah jelajahnya,” ujar Petrasa.
Biota lain yang menjadi spesies kunci kawasan karst Kaloy adalah walet. Ekosistem gua, kata Petrasa, berperan penting karena menjadi tempat burung walet membuat sarang untuk populasinya. Ia menilai rencana pendirian pabrik semen akan mempengaruhi perubahan morfologi KEL. Dalam rencana pola ruang wilayah Aceh Tamiang, kata Petrasa, wilayah formasi batu gamping Kaloy telah ditetapkan sebagai bagian dari kawasan cagar alam geologi seluas 14.448,47 hektare. “Perbukitan Karang Putih dan Alur Gajah telah diakui keberadaannya oleh Pemerintah Aceh Tamiang sebagai kawasan bentang alam karst yang berfungsi lindung,” ujarnya.
Kawasan karst aktif seperti Kaloy, kata Petrasa Wacana, memiliki kandungan batu gamping yang mengandung karbonat di atas 50 persen. “Kawasan karst yang baik akan menjadi incaran industri semen karena delapan puluh persen bahan baku semen adalah batu gamping,” ujarnya saat dihubungi kembali via Whatsapp, Sabtu pekan lalu.
Dari hasil penelitian mereka di lapangan, kata Petrasa, perlu dilakukan penetapan deliniasi atau pengelompokan Kawasan Bentang Alam Karst sesuai amanat Peraturan Menteri ESDM No 17 Tahung 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst. Deliniasi ditetapkan oleh Badan Geologi berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah.
Senada dengan itu, peneliti KEMPRa M Oki Kurniawan menilai pembangunan pabrik semen di Kaloy tak hanya merusak bentang alam karst tapi juga membuat fana sumber mata air. Dari hasil ekspedisi, tim menemukan dua gua yang memiliki mata air.
Hitung-hitungannya, kata Oki, setiap gua memiliki mata air berkapasitas lima hingga enam meter kubik per detik. Dari kedua gua, dihasilkan sekitar 864 juta liter air sehari. Mengacu pada tarif air bersih PDAM Tirta Tamiang senilai Rp1.250 per meter kubik, potensi rupiah jika dijual sekitar Rp388 miliar setahun.
Formasi Batu Gamping Kaloy merupakan tendon yang menjadi penyangga dan penyuplai air ke Daerah Aliran Sungai atau DAS Tamiang. Lebih dari 70 persen aliran air yang ditemukan keluar dari kawasan karst, masuk ke dalam sistem Sungai Kaloy. Sungai ini salah satu alur pada bagian hulu DAS Tamiang.
Selain itu, ada beberapa aset berisiko jika pabrik semen dibangun. Aset-aset yang dihitung tak hanya di dalam area inti karst tapi juga di perikarst; kawasan di luar formasi batu gamping. Batas perikarst yang diambil sejauh 20 kilometer. “Jarak tersebut merujuk terhadap daya jelajah kelelawar di gua sarang burung,” ujar Petrasa.
Tim mencatat sekitar 51 ribu hektare area yang masuk KEL akan terganggu keseimbangan ekosistemnya. Penyebabnya, jenis kelelawar yang membantu penyerbukan bakal musnah. “Hilangnya spesies kelelawar ini karena habitatnya terganggu akibat aktivitas penambangan batu gamping,” ujar Petrasa.
Selain itu, sekitar 35 ribu hektare hutan lindung, 19 ribu hektare hutan produksi dan 43 ribu hektare Area Penggunaan Lain masuk ke dalam ekosistem karst Kaloy. “Fungsi kawasan sebagai satu kesatuan dari ekosistem tersebut akan terancam fungsinya akibat kelewar yang bermigrasi karena habitatnya terganggu dengan aktivitas penambangan,” ujar Petrasa.
Tak hanya fauna dan flora, lanjut Petrasa, manusia juga terganggu dengan debu dari aktivitas pabrik semen. “Partikel debu yang dilepaskan pabrik semen dapat mencapai lima kilometer,” ujarnya. Di Tamiang Hulu, kata dia, ribuan penduduk berisiko terpapar partikel debu pabrik semen. “Kondisi ini dapat memicu terjadinya beberapa penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, asma dan kanker paru-paru pada masyarakat yang terpapar langsung,” ujar Petrasa.
Saat industri semen beroperasi, kata dia, ada bahan-bahan berbahaya yang dilepaskan ke udara akibat dari pembakaran bersuhu tinggi terhadap bahan baku dan penggunaan batubara. Bahan-bahan berbahaya itu berupa nitrogen oksida, sulfur dioksida, emisi merkuri dan materi partikulat. Efek yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut berupa rusaknya lapisan ozon, hujan asam, rusaknya kualitas air dan gangguan penglihatan hingga menurunnya kecerdasan pada manusia.
Akibat dampak buruk itu, kata dia, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat pada 2010 memaksa Lafarge Company, perusahaan semen terbesar kedua di Amerika Serikat, menandatangani kesepakatan mengurangi emisi nitrogen oksida dan sulfur dioksida.
Indonesia, tambah Petrasa, kini sedang tidak butuh pabrik semen baru. “Kami bukan anti pabrik semen. Tapi Badan Penanaman Modal, Kementerian Perindustrian, dan Asosiasi Semen Indonesia dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan bahwa produksi semen selalu berlebih,” ujar Petrasa. Karena itu, tambah dia, pemerintah harusnya melakukan valuasi nilai ekonomi terhadap kawasan karst. “Jika dilakukan valuasi ekonomi fungsi kawasan karst jauh lebih menguntungkan daripada harus ditambang, tapi pemerintah cenderung memilih untuk mengorbankan dan tidak pernah belajar dari gagalnya transformasi sumberdaya alam di Indonesia.”
Kawasan Karst Kaloy dinilai memiliki beberapa kelebihan jika dikembangkan menjadi destinasi wisata. Terutama, wisata minat khusus berkaitan dengan petualangan. “Kawasan Karst Kaloy memiliki elemen wisata yang terintegrasi satu sama lain,” ujar Oki. Beberapa objek wisata yang dimaksudnya seperti Gua Sarang Burung dan ketiga Gua Sarang Kambing. Gua-gua ini, kata Oki, dapat dijadikan objek wisata petualangan dan edukasi.
Selain gua, ada Sungai Blutan dan Sungai Kaloy. Sungai grade satu ini, kata Oki, memiliki penampang relatif rata tak berjeram, tapi arusnya cukup kuat. “Dengan air jernih dan kedalaman relatif aman, dapat dijadikan wahana aktivitas tubbing, body rafting atau river boarding,” ujarnya.
Objek wisata lain yang menarik tak hanya secara visual adalah Kuala Parek. Bentukan geomorfologi sungai yang membentuk canyon kecil berarus deras, dinilai Oki menjadi nilai jual destinasi wisata.
Selain sungai dan gua, hutan di sekitar perbukitan Alur Gajah dapat menjadi sarana olahraga trekking dan hiking bahkan tempat edukasi tentang keanekaragaman hayati. Selain menjadi jalur migrasi gajah, di hutan ini dapat ditemui sejumlah hewan langka seperti elang, rangkong dan merak.
Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Aceh Tamiang, Syamsul Rizal menyebutkan, untuk proses pembangunan pabrik semen di Kaloy, Aceh Tamiang harus menunggu IUP OP atau Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi. “Izin IUP OP, itu dari provinsi nanti, usaha produksi kan, dari gubernur (Aceh),” ujar Syamsul saat dikonfirmasi lewat telepon seluler, Selasa pekan lalu.
Hingga saat ini, kata dia, belum ada perkembangan terbaru di wilayah eksplorasi PT Tripa Semen Aceh. “Belum ada, ini kan masih sidang. Kita tunggu itu aja. Artinya begini, itu ‘kan dibahas di PTUN masalah karst. Saksi-saksi ahlinya ‘kan udah dikirim ke sana (pengadilan),” ujar Syamsul.
Ia juga enggan menjelaskan apakah kawasan batu gamping Kaloy merupakan wilayah karst. “Kita nggak tahu, saya nggak bisa menjelaskan itu wilayah karst atau bukan, karena orang pertambangan yang tahu.”
Sementara, Hamdan Sati yang dicoba dikonfirmasi sejak Jumat pekan lalu, tidak bisa dihubungi. Hanya nada mesin penjawab yang terdengar dari telepon selulernya. Saat dihubungi kembali keesokan harinya lewat Whatsapp, Sati hanya membalas, “Mohon maaf saya terlalu sibuk kemarin dan sekarang lagi kampanye. Nanti saya hubungi kembali”. Namun, hingga Sabtu malam, Sati tak menjawab panggilan telepon dari Pikiran Merdeka.[]
Belum ada komentar